
Meresahkan Masyarakat, Kapolda Metro: Mari Bersama Perangi Hoaks
FOTO: Bidkum Polda Metro Jaya ABP Adri
HARIAN PELITA —- Kepolisian perlu bersinergi dengan media untuk mendukung pelaksanaan tugas kepolisian. Termasuk dalam menyaring berita-berita hoaks (bohong) beredar dan meresahkan masyarakat. Itu harus ditangkal dan diperangi bersama.
Demikian Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Dr Fadil Imran menekankan hal itu dalam sambutannya dibacakan Kasubbid Bidkum Polda Metro Jaya AKBP Adri Desas Furyanto, pada acara Family Gathering Wartawan Hukum dan Kriminal Ikatan Alumni Mahasiswa Bantuan Study (ILUNI-MBS) Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (IISIP) Jakarta, sekaligus memperingatii Hari Bhayangkara ke 76, berlangsung di Pantai Anyer, Cilegon, Sabtu (25/6/2022) malam.
Kapolda mengajak media massa terus menjadi pilar penting penegak penyampaian kebenaran dan fakta-fakta di tengah derasnya informasi hoaks di media sosial.
Media massa diperlukan sebagai pilar penegak aspirasi- aspirasi yang ada di masyarakat.
“Awak media mempunyai peran penting untuk pengawasan bagi instansi kepolisian dalam mewujudkan Polri yang adil, humanis dan beradab,” ujarnya.
Dijelaskan, saat ini perkembangan teknologi telah mengalami kemajuan yang sangat pesat. Adanya perkembangan teknologi mempermudah manusia dalam hal mengakses informasi-informasi apa saja yang sedang dicari.
Salah satunya adalah mencari pemberitaan- pemberitaan yang sedang up to date di masyarakat.
Dikatakan, dahulu hubungan media hanya melalui pemberitaan televisi, koran maupun media cetak diperjualbelikan di masyarakat.
Dengan perkembangan teknologi, peran hubungan media saat ini yang paling dekat dengan masyarakat adalah melalui media sosial.
Media sosial menjadi salah satu pilihan masyarakat dalam mencari peristiwa – peristiwa atau berita – berita yang hangat dibicarakan atau dalam bahasa sekarang trending topik atau memviralkan.
Salah satu contohnya adanya hastag #percumalaporpolisi yang beredar memberikan kesan buruk bagi instansi kepolisian.
“Berbagai berita dengan headline atau judul memancing emosi para pembaca berita menambah kesan buruk bagi instansi tersebut. Tidak sedikit juga media-media elektronik menerbitkan berita yang hanya sepotong- sepotong, sehingga menimbulkan multi tafsir bagi para penerima informasi tersebut,” paparnya.
“Pers makin diperlukan untuk turut membangun narasi kebudayaan baru, membangun narasi peradaban baru, memotret masyarakat yang bergerak semakin cepat, semakin efisien yang sekarang melahirkan era revolusi industri 4.0 (four point zero) yang berbasis pada digitalisasi, kekuatan komputasi dan analitik data,” jelasnya.
Ditambahkannya, perlu diakui tanpa media hasil ungkap perkara polisi tidak dapat diketahui oleh masyarakat. Maka disinilah peran komunikasi yang apik memiliki peran yang sangat penting, pungkasnya. ●Red/Lan