TEKNOLOGI canggih memiliki dampak luar biasa pada kehidupan masyarakat pada umumnya, era digitalisasi yang mampu membuat masyarakat berekspresi dari hal positif dan negatif. mereka yang mampu berkarya hingga yang hobby tebar pesona membuat porak poranda rumah tangga.

Bagi sebagian orang awam atau baru yang menggunakan sosial media mereka menganggap semua orang yang ada di sosmed baik seperti dirinya, tidak pernah terpikir dalam benaknya ada akun palsu sebagai penipu.

Media sosial yang seharusnya dipakai hal positif untuk berkarya atau membagikan informasi kebaikan dari sesuatu yang orang lain tidak mengerti menjadi lebih paham bahkan pintar.

Terlebih bisa kita jadikan income, dengan medsos yang kita gunakan bisa dipakai promosi jualan produk, memperkenalkan usaha yang sedang kita bangun. Disisi lain hanya sebatas hiburan untuk menghilangkan kejenuhan sesaat dari lelahnya rutinitas setiap hari.

Tapi banyak dari kita medsos dijadikan ajang mencari jodoh atau tebar pesona hanya untuk mencari keuntungan pribadi. Berkedok mencintai padahal sih ketemu saja belum. Mulut manis berbisa dengan mudah mengucapkan kata-kata sayang, cinta, suka, kagum bahkan kangen. Mudahnya berkata “aku kangen”

Lucu memang belum bertemu tapi bisa mengatakan sayang dan cinta, hati sudah tertaut dengan orang yang baru dikenal lewat medsos. Kita nggak tahu dia itu beneran orang baik atau hanya akun fake yang sedang berinteraksi dengan kita hingga punya rasa.

Tidak dipungkiri hal seperti ini banyak terjadi, jatuh cinta pada pandangan pertama dengan hanya lihat poto itu cantik atau ganteng, lalu saling mengirim pesan singkat setiap hari padahal kenal secara nyata pun belum.
Berawal dari intensitas komunikasi inilah hati jadi semakin tertaut punya ketertarikan karena terbuai rayuan dan kata-kata manis bulshit.

Mungkin ada sebagian kecil yang benar-benar menjadi jodoh tapi pada kenyataannya lebih banyak yang tertipu karena sudah jatuh cinta dan percaya sebelum bertemu.

Jika sudah pakai perasaan logika pun tak jalan lalu endingnya penyesalan. Miris alih-alih ingin mencari seseorang yang sepaham justru kesakitan yang di dapatkan.
Mereka hanya janji ini itu namun pada akhirnya ghosting.

Ada pula sebagian dari kita memiliki paham bahwa bisa saja jatuh cinta sebelum bertemu, karena sudah merasakan adanya kenyamanan dari saling perhatian lalu memiliki panggilan sayang dan akhirnya mereka berkomitmen, jika yang mendapatkan seperti ini betul-betul anugerah dan berakhir indah.

Karena mereka memiliki keyakinan bahwa dengan doa segalanya bisa nyata, itulah bukti kekuatan dan dahsyatnya sebuah doa.

Dengan keyakinan hati selalu berkata; “rasa cinta ini begitu dekat tidak perduli seberapa jauh itulah yang dirasakan oleh hati, selama percaya siapa kita dan tidak ada lagi yang terpenting”.

Hidup adalah milik kita, kita jalani dengan cara kita, ini tidak hanya dalam kata-kata tapi diaplikasikan dalam perilaku nyata. Merasa percaya dan yakin meski belum pernah bertemu dan tidak perduli dengan apa yang orang-orang katakan, tidak perduli dengan apa yang orang lain ketahui tapi kita yakin karena kita yang jalani.

Seperti dikutip dari Sen @SenyumSyukur ia memiliki pendapat.
Jika menurutmu aneh, maka tidak bagiku.
Sebagaimana hati yang merindukan surga meski sekalipun belum terlihat, seperti kita mencintai Sang Pencipta walaupun belum pernah bersua, maka seperti itulah aku padamu.

Karena jiwa adalah ruh yang senada, maka tak perlu mengenal lama atau bertatap muka, cinta bisa tumbuh dengan luar biasa indahnya. Sebab karena yakin dan doa selalu lebih kuat dari pertemuan raga. Doa yang yakin bisa memangkas jauhnya jarak, menggetarkan hati meski jauh di ujung samudra.

Untuk jodoh yang masih rahasia, semoga pertemuan itu semakin dekat. Selamat menikmati rahasia dengan taat dalam proses penantian dan pencariannya.

Harus selalu diingat, hati boleh jatuh cinta, namun diri haruslah taat.

Semua tergantung individu untuk bisa memilah dan memilih dalam bersosial media agar tidak salah memilih teman atau langsung jatuh cinta dengan orang yang belum kita kenal secara nyata.*****

Semoga menjadi inspirasi dan selalu waspada.

Editor: Agatha