
PP Muhammadyah Tetapkan 1 Ramadhan 1444 Hijriah 23 Maret 2023
HARIAN PELITA — Pimpinan Pusat Muhammadiyah menetapkan 1 Ramadan 1444 H jatuh pada 23 Maret 2023 mendatang
Penentuan awal puasa Muhammadiyah ini berdasarkan hasil hisab dipedomani oleh Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah.
“PP Muhammadiyah menetapkan 1 Ramadan 1444 H jatuh pada hari Kamis Pon 23 Maret 2023,” ujar Sekretaris PP Muhammadiyah, Muhammad Sayuti dalam konferensi pers disiarkan YouTube Muhammadiyah Channel.
Konferensi pers ini juga dihadiri oleh Ketum PP Muhammadiyah Prof Haedar Nashir serta Ketua bidang Tarjih dan Tajdid Prof Syamsul Anwar.
Adapun maklumat tersebut disampaikan agar menjadi panduan bagi warga Muhammadiyah.
Adapun penentuan awal puasa dan Lebaran tersebut dilakukan berdasarkan hasil hisab yang dipedomani oleh Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah.
“Yang pertama Muhammadiyah menetapkan awal bulan Qomariah termasuk Ramadan, Syawal dan Zulhijah tidak berdasarkan penampakan, melainkan berdasarkan pada posisi geometris benda-benda langit, yaitu matahari, bumi dan bulan,” kata Syamsul Anwar. “Jadi posisinya, bukan nampaknya,” imbuhnya.
●Penetapan Idul Fitri dan Idul Adha
Selain awal puasa, Muhammadiyah juga telah menentukan hari Idul Fitri 1444 H atau 1 Syawal 1444 H yang jatuh pada hari Jumat Pahing 21 April 2023. Kemudian PP Muhammadiyah juga menetapkan 1 Zulhijah 1444 H pada hari Senin Legi 19 Juni 2023.
Dengan tanggalan tersebut, Sayuti menyebut hari Arafah 9 Zulhijah akan jatuh pada Selasa Wage 27 Juni 2023 dan hari raya Idul Adha 1444 H yang bertepatan dengan 10 Zulhijah jatuh pada hari Rabu Kliwon 28 Juni 2023.
Ia menjelaskan, seperti pada penentuan bulan Ramadan pihaknya memperhatikan syarat terjadinya Ijtima atau saat bulan telah mengelilingi bumi dengan satu putaran sinodis.
Syamsul menyebut satu putaran sinodis itu untuk ramadan tercapai pada tanggal 22 Maret 2023 pukul 00.25.41 WIB.
Selain itu, Syamsul menyebut Ijtima terjadi sebelum matahari tenggelam, dan pada saat matahari tenggelam bulan masih berada di atas ufuk atau belum tenggelam.
“Jadi (penentuan Ramadan) tidak berdasarkan penampakan, melainkan berdasarkan pada posisi geometris benda-benda langit, yaitu matahari, bumi, dan bulan,” kata Syamsul. ●Red/Esa