
Sedih dan Nyesek || Catatan Nazar Husain
SEDIH, sebel, nyesek, mau dibilang apa lagi, terpaksa tarkam, dan banyak lagi yang masuk ke halaman komentar HarianPelita.id, menggerutu ke arah orang-orang yang sok suci, katanya.
Betapa tidak, harapan kita untuk menonton perhelatan Piala Dunia U-20 menyaksikan aksi dan skill anak-anak muda bermain terpaksa gagal. Hanya karena mempertahankan “hargadiri” menentang Israel bermain di Indonesia.
Menurut mereka, apakah tidak bisa membedakan seni olahraga dan kotornya politik, sehingga ngotot dan bermata gelap menentang kedatangan Timnas Israel tanpa memikirkan masa depan sepakbola Indonesia yang sudah berkembang!.
Gigit jari ketika FIFA mengambil sikap secara resmi mencabut gelaran Piala Dunia U-20 dimana Indonesia baru pertama kali menghelat pertandingan sepakbola berskala internasional dibatalkan FIFA.
Padahal bila kita berpikir jernih, tidak ada pengaruhnya dengan penindasan yang dilakukan Israel terhadap Palestina, yang menginginkan kemerdekan Palestina.
Israel hanya ingin bermain bola tanpa ada kekerasan, tanpa ada letusan tembakan, tanpa ada gerakan membunuh manusia saat sepakbola digelar.
Aturan sepakbola oleh FIFA dipertegas, tidak boleh menyikut, tidak boleh memukul lawan, tidak boleh memukul wasit, tidak boleh memegang bola dan tidak boleh memprotes, pasti mendapat kartu dan kartu merah!.
Namun ketika FIFA memutuskan menghapus pertandingan sepakbola usia 20 tahun di Indonesia, yang paling dahulu menangis dan nyesek anak-anak muda yang akan membela negaranya pasti.
Tapi apa mau dikata, FIFA sudah mengetok palu, Piala Dunia U-20 yang akan digelar di Indonesia dibatalkan!. FIFA tak kenal kompromi dan lobi-lobi tingkat tinggi.
FIFA hanya berpikir pertandingan sepakbola digelar hanya untuk mempertonton seni bola dengan teknik dan skill tinggi dari para pemain bola tanpa dicampur politik kotor.
FIFA telah memutuskan, karena keadaan saat ini, untuk menghapus Indonesia sebagai tuan rumah FIFA U-20 World Cup 2023.
Piala Dunia U-20 pertandingan sepakbola, bukan perang, bukan penindasan kemanusiaan tetapi seni sepakbola dipertontonkan. ****