
Pemilu Deg-degan yang Terbaik Menang, Jangan Mau Dibohongi
KITA AKAN melakukan pencoblosan di bilik Tempat Pemungutan Suara (TPS) yang tinggal menghitung hari. Dipastikan para pemilih, yakni rakyat Indonesia sudah mengantongi pilihannya sesuai hati nuraninya.
Begitu juga para pasangan Calon Presiden dan Wakilnya juga dipastikan deg-degan apa terus melanjutkan kepemimpinannya sebagai presiden atau gagal menjadi pemenang.
Begitu juga rakyat pemilih, apa “jagoannya” menang atau kalah pada Pemilu, pasti juga deg-degan. Karena kemungkinan terlalu mengidolakan sehingga membuatnya stres.
Para timses pun lebih deg-degan bila jagoannya kalah karena ia mengharapkan bila jadi presiden, akan menjadi seorang Menteri, namun resiko bila jagoannya kalah, maka ia pun kembali menjadi pengangguran.
Dua gendang itu lah nanti yang menentukan yaitu kalah atau menang! Bila salah satu pasangan calon menang, maka kekuasaan pun menggiringnya menjadi seorang penguasa negara.
Namun bila pasangan calon kalah, ia digiring ke putaran oposisi, atau kembali meminta jabatan, seperti yang pernah terjadi.
Dalam politik, apalagi putaran politik Indonesia, intrik-intrik ketika berkampanye sangat sangar dan fitnahnya tidak ketulungan, membunuh karakter lawan. Tetapi setelah itu, dia pun bersujud memohon jabatan. Lucu memang!
Tinggal rakyat melamun, setelah kemenangan diraih pasangan calon, presiden terpilih pun lupa dengan janjinya. Pada kampanyenya banyak umbar janji yang meninabobokan rakyat, ternyata hanya janji “anginsurga”.
Setelah itu, selama lima tahun, rakyat pun, yang semula mengidolakan, harus mencari kebutuhannya sehari-hari. Harus memenuhi kebutuhan keluarganya, wajib hukumnya.
Padahal ketika masa kampanye rakyat pengagum tampil habis-habisan mengeluarkan tenaga hanya untuk meneriakkan kemenangan, yang setelah pelaksanaan Pemilu rakyat pun gigit jari. Ngerti ora son!
Maka kita, rakyat diluar “jaringan” tidak usah terlalu sok-sokan membela mati-matian calon pasangan presiden dan wakilnya. Cukup melihat, mendengar, menilai, dan merekam jejaknya, pantaskah pilihanku, atau pilihanku hanya bergaya doang seperti sinetron?.
Kita lupakan deg-degan, cukup datang ke TPS kemudian coblos yang pantas menang, dan pantas memimpin negara yang berpenduduk 280 juta lebih. Itu…!!! *****