2025-05-27 6:27

Kemasan Budaya Betawi Perlu Dibenahi Terungkap di Sarasehan Betawi

Share

HARIAN PELITA — Budaya Betawi terbukti dapat go international jika dikelola secara profesional dan dikemas dengan baik. Pembenahan kemasan dinilai perlu dilakukan agar sesuai perkembangan zaman.

Duta Besar RI untuk Ekuador 2017-2020 Diennaryati Tjokrosuprihatono mengatakan, dalam menyambut Jakarta sebagai kota global, budaya Betawi perlu beradaptasi dan berkembang meskipun banyak yang harus dibenahi.

Dia mengungkapkan hal tersebut saat berbicara pada sarasehan dalam rangkaian ulang tahun Perkampungan Budaya Betawi (PBB) Setu Babakan ke-24 di Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan, Sabtu, 24 September 2024.

Dienny menceritakan, ketika mengadakan halalbihalal bersama masyarakat Indonesia dan umat Muslim Ekuador, setelah melaksanakan salat Id bersama di Masjid As-salam yang ada di Quito, ia menampilkan budaya Betawi.

Dalam acara open house dan halalbihalal bersama masyarakat Indonesia dan sahabat Indonesia dari Ekuador di Wisma Duta itu,  hadir sejumlah pejabat pemerintah Ekuador, pebisnis, seniman, perwakilan sahabat Muslim Ekuador serta chef ternama Ekuador.

Dienny mengatakan, bahwa hidangan yang disiapkan pun khas kuliner Betawi. “Saya orang Betawi sehingga setiap aktivitas kehidupan mengamalkan nilai-nilai Budaya Betawi,” kata Sekretaris Universitas Pancasila tersebut.

Menurut Dienny, masyarakat Indonesia dan seluruh tamu asing yang hadir menyerbu hidangan mulai dari lontong, opor ayam, rendang, sate Betawi, bakso, otak-otak, kerupuk sampai berbagai kue-kue manis pun laris dinikmati tamu yang umumnya belum mengenal masakan khas Indonesia.

Sementara itu Ketua Lembaga Kebudayaan Betawi (LKB) Beky Mardani mengatakan, upaya pelestarian budaya Betawi pengemasannya harus mengikuti tren, mengikuti perkembangan teknologi mutakhir, termasuk kecerdasan buatan A.I (artificial intelligence) dengan memaksimalkan peran media sosial yang menjadi pusat rujukan generasi masa kini. Tanpa menghilangkan esensi nilai nilai yang melekat pada kebudayaan Betawi.

Beky, dengan penuh semangat menyampaikan idenya, termasuk konsep dan aktivitas keseharian budaya Betawi di masa kini dan masa depan.

”Kampung Betawi ini memiliki empat fungsi, pelestarian, pembinaan, pemanfaatan dan pengembangan budaya Betawi.  Hari ini kita syukuri, sambil terus dibenahi, ” kata Beky.

Perkampungan Betawi di Srengseng Sawah, kata Beky, kini telah menjadi tempat studi budaya bagi mahasiswa yang berkampus di sekitarnya, seperti Universitas Pancasila, UI, ISTN dan kawasan di ibu kota lainnya.

“Dari penelitian, 72% yang datang untuk wisata budaya” katanya, sembari kunjungan anak anak sekolah juga rutin berdatangan. ”Di sini bisa dilihat, prototip rumah Betawi pinggir, tengah dan pesisir, ada lengkap, ” kata mantan aktivis mahasiswa dan jurnalis teve swasta ini.

Merujuk pada gagasan pembangunannya, Kampung Betawi di Setu Babakan tak cuma menjadi lokasi wisata budaya melainkan juga edukasi pengembangan budaya. Dengan luas lahan 289 hektare, terdiri daratan dan air (setu) yang menyatu dengan pemukiman warga, Kampung Budaya Betawi memiliki kelebihan dan kekurangan. “Kami berharap agar warga di sekitar ini juga merasa memiliki Kampung Betawi ini dan mendapat manfaat dari keberadaan kampung budaya ini, ” katanya.

Merespons pada perkembangan terkini, setelah Jakarta tak lagi menjadi ibu kota, Kampung Betawi dan Setu Babakan siap menjadi ikon global, dengan menawarkan gagasan; menyelenggarakan festival budaya sebagai agenda tahunan, meningkatkan diplomasi budaya dan kolaborasi dengan seniman internasional dan terus ‘branding’ masyarakat Betawi sebagai masyarakat terbuka dan kaya akan keberagaman.


Menyadari perkembangan teknologi informasi yang efektif dan fungsional, Beky berharap Situs Perkambungan Betawi juga bisa dihadirkan secara virtual.

”Supaya bisa dilihat oleh mereka yang tidak bisa datang ke sini. Ada semacam tour virtual budaya Betawi,” katanya.

”Sarana ada, pelaku ada . Tinggal action,” paparnya.

Dr Daisy Radnawati, S.T., M.Si., pakar arsitektur lanskap dari Institut Sains dan Teknologi Nasional (ISTN), menyatakan terjadi disrupsi luar biasa dalam perkembangan budaya, tak hanya Betawi melainkan juga seluruh budaya tradisional di dunia global.

“Rasanya perlu diselenggarakan seminar internasional tentang Budaya Betawi – fokus membahas budaya Betawi, ” katanya. Pengaruh budaya Tionghoa,  Arab yang berbaur menjadi Betawi seperti apa nantinya?

Wakil Rektor ISTN ini menyebut, tantangan semua pihak terkait, bagaimana menjaga keseimbangan modernisasi dan menjaga tradisi.

“Saya dibesarkan di Betawi, lahir dan besar di wilayah Betawi. Dulu ada tradisi warga bareng ke musala. Sekarang, warga jalan bareng masih ada tapi sudah bukan ke musala,” kenangnya.

Daisy mengaku buku Peran Batik dalam Pelestarian Budaya dan menawarakan desain yang menghadirkan elemen budaya betawi di berbagai perabotan rumah, sebagai karya kreasi dan modifikasi, tanpa melanggar nilai budaya dan simbol sakral di dalamnya.


Sependapat dengan Beky Mardani, Daisy menyatakan perlunya memanfaatkan dan belajar dengan A.I (artificial intelligence) dan dunia digital untuk mempromosikan Budaya Betawi ke kancah global.

”Saya sudah coba, bikin lagu pakai AI satu menit bisa. Yang penting promt-nya sesuai dengan khas Betawi, ” katanya dalam sarasehan bertajuk Benteng Utama Budaya Betawi Siap Mendukung Jakarta sebagai Kota Global yang diselenggarakan di Perkampungan Budaya Betawi di Setu Babakan, Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan.

Acara sarasehan berlangsung di tengah kemeriahan menyambut milad (ulang tahun) Perkampungan Betawi ke-24, yang jatuh 15 September 2024 ini.

Perlu diketahui, Pada tahun 2000, tepatnya tanggal 15 September, Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso memulai pembangunan kawasan ini di lahan yang berbatasan antara Jakarta Selatan dan Depok.  ●Redaksi/DNH

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *