2025-06-05 17:35

Film “Lintrik” Siap Tayang: Kisah Mistis Budaya Jawa dari Banyuwangi Sarat Drama Psikologis

Share

HARIAN PELITA — Film “Lintrik”, produksi kolaborasi antara Prama Gatra Film dan Rumah Semut Film siap hadir di layar lebar.

Disutradarai Irham Acho Bahtiar, film ini bukan sekadar horor biasa melainkan drama psikologis menggali sisi mistis budaya Jawa kuno dengan pendekatan sinematik yang kuat dan mendalam.

Gagasan film ini muncul pada akhir tahun 2022 ketika produser Bu Asye Siregar menemukan film pendek berjudul Lintrik-Janakim Series karya anak-anak muda Banyuwangi di YouTube.

Dengan menjunjung tinggi etika berkarya, Prama Gatra Film pun mengajak tim kreatif asli Banyuwangi untuk terlibat langsung dalam versi layar lebarnya.

Mereka bukan hanya berkontribusi dalam produksi, tetapi juga menjadi konsultan budaya selama proses pembuatan film.

“Lintrik” dalam kepercayaan masyarakat Jawa adalah bentuk ilmu pengasihan yang sangat kuat, bahkan mampu mempengaruhi korban meski berada di luar negeri.

Berbeda dengan pelet pada umumnya, lintrik hanya bisa dilakukan dukun perempuan menjalani ritual ekstrem, termasuk salah satunya mengelilingi kuburan keramat tanpa busana.

Proses syuting dilakukan di dua lokasi utama: Jakarta dan Banyuwangi. Dengan dukungan penuh dari Pemda Banyuwangi, film ini bahkan mengambil gambar langsung di beberapa festival budaya setempat. Lokasi ikonik seperti hutan De Djawatan, Patung Terakota, pantai, hingga pusat kota Banyuwangi turut tampil memperkuat nuansa lokal dalam cerita.

Sejumlah tokoh budaya Banyuwangi ikut terlibat, seperti Mak Temu Misti, maestro tari Gandrung terakhir, serta seniman senior Mas Yon DD. Mereka menggunakan bahasa Osing, bahasa asli Banyuwangi, untuk menjaga keaslian budaya.

Film Lintrik juga diperkuat oleh aktor-aktor papan atas seperti Donny Damara, Yatti Surachman, Meisya Amira, Karina Icha, Akbar Nasdar, dan Fannita Posumah. Selain itu, aktor muda Teguh Ryder turut membintangi sebagai ustaz muda dengan karakter unik.

Selama syuting yang berlangsung 25 hari, tim produksi mengalami berbagai kejadian di luar nalar. Salah satu yang paling berkesan terjadi di sebuah hutan di Banyuwangi, di mana hujan selalu turun setiap kali kru bersiap syuting, namun berhenti saat tidak melakukan pengambilan gambar. Fenomena ini hanya berhenti setelah dilakukan ritual khusus, ungkap Acho. ●Redaksi/Satria

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *