2025-07-27 13:39

Film “Doti Tumbal Ilmu Hitam” Eksplorasi Ilmu Hitam Sulawesi Balutan Horor Psikologis

Share

HARIAN PELITA — Film horor terbaru berjudul “Doti Tumbal Ilmu Hitam” resmi tayang di bioskop seluruh Indonesia.

Disutradarai Bayu Pamungkas dan diproduksi Dream Picture bersama Ruang Visual Production, film ini menyuguhkan cerita mencekam terinspirasi dari praktik ilmu hitam khas Sulawesi dikenal dengan nama doti.

Mengusung genre elevated horror Indonesia, film ini tidak hanya menampilkan teror supranatural, tetapi juga membangun ketegangan melalui elemen psikologis dan konflik sosial.
Skenario ditulis oleh Kayla Maulida, dengan Yehezkiel Amir sebagai produser.

Sinopsis
Cerita berfokus pada Ikhsan (diperankan Ahmad Pule), seorang pemuda yang kembali ke kampung halaman di Desa Jonjo, Gowa, Sulawesi Selatan untuk menziarahi makam ayahnya, Daeng Rate (Jerry Wongiyanto). Ayahnya tewas secara misterius 15 tahun lalu karena dituduh sebagai dukun doti.

Namun kepulangan Ikhsan justru memicu kembali konflik lama. Ia berusaha mengajak warga kembali ke jalan agama dengan membangun mushola, tapi mendapat perlawanan dari Daeng Rewa (Billy Budjanger), seorang dukun sakti yang menyimpan dendam dan menggunakan ilmu hitam untuk menyerangnya.

Film ini juga dibintangi oleh Sri Herawati, Della Ogini, Anita Tanjung, serta aktor lokal lainnya. Seluruh proses syuting dilakukan langsung di Desa Jonjo, Parigi, wilayah yang dikenal dengan suasana mistis dan kearifan lokalnya.

Kritik dan apresiasi
Meski mengangkat tema lokal yang unik dan jarang diangkat ke layar lebar, Doti Tumbal Ilmu Hitam mendapatkan respons beragam. Beberapa kritik diarahkan pada kelemahan dramaturgi dan penokohan yang kurang tergarap mendalam. Penjelasan mengenai praktik doti juga dinilai belum eksploratif.

Namun, akting Jerry Wongiyanto mendapat pujian karena berhasil menghadirkan karakter kuat dan emosional. Dari sisi teknis, sinematografi dan atmosfer desa berhasil menciptakan nuansa horor yang autentik.

“Doti Tumbal Ilmu Hitam” menjadi langkah berani dalam memperkenalkan kisah horor lokal dari luar Pulau Jawa. Di tengah dominasi cerita urban dan hantu-hantu populer, film ini menjadi angin segar sekaligus pengingat akan kekayaan budaya horor dari berbagai daerah di Indonesia. ●Redaksi/Satria

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *