2025-09-29 19:35

Musibah Keracunan MBG di Beberapa Wilayah Kasek Dian Budianto Prihatin

Share

HARIAN PELITA — Kasus keracunan makanan pada program Makanan Bergizi Gratis (MBG) kembali terjadi, kali ini menimpa beberapa sekolah di Indonesia.

Ratusan  SMKN 1 Cihamplas (kurang lebih 176 siswa) Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat dilaporkan mengalami gejala keracunan usai menyantap makanan dari program tersebut. Mereka mengalami muntah-muntah hebat dan harus mendapatkan perawatan medis segera.

Menurut laporan, dugaan sementara mengarah pada menu daging ayam yang menjadi bagian dari paket makan hari itu. ada pernyataan yang menyebutkan bawa daging yang di olah adalah daging di beli 3 hari sebelum dimasak.

Masyarakat kini menuntut investigasi menyeluruh dan langkah cepat dari instansi terkait untuk memastikan hal ini tidak terulang.

Atas beberapa kejadian tersebut “Dian Budianto, Kepala SDN 1 Sindangmukti, menyampaikan pendapatnya mengenai kejadian ini pada Senin (29/9/2025.)

“Kami sangat prihatin dengan kejadian keracunan makanan yang menimpa beberapa sekolah. Oleh karena itu, kami di SDN 1 Sindangmukti selalu melakukan langkah antisipatif untuk memastikan keamanan makanan siswa,” ujarnya.

Langkah antisipatif dilakukan di SDN 1 Sindangmukti meliputi:sebagai berikut

Membuka dan Memeriksa Menu Makanan dibuka dan dipastikan sesuai dengan menu yang ada serta tidak ada menu yang menyebabkan alergi pada diri siswa.

●Memeriksa Kondisi Makanan*: Makanan diperiksa untuk memastikan tidak ada unsur lain seperti ulat dan makanan dalam kondisi baik atau segar.

●Mencium Makanan*: Makanan dicium untuk memastikan tidak berbau busuk atau bau makanan basi.

●Mencicipi Makanan*: Makanan dicicipi sedikit untuk membuktikan bahwa makanan tidak pahit, asam/basi atau rasanya tidak enak (memastikan makanan tidak kadaluarsa/basi)

●Membaca Doa*: Setelah makanan dipastikan aman, doa dibaca untuk memohon perlindungan dan pertolongan Allah Subhanahu Ta’ala.

Kasus serupa juga terjadi di Kecamatan Pamarican, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, yang menyebabkan belasan siswa harus larikan ke Puskesmas. Pihak asekolah dan pemerintah setempat masih menunggu hasil penelitian lanjut untuk memastikan penyebab keracunan.

Pemerintah dan sekolah harus meningkatkan pengawasan ketat dalam pelaksanaan program MBG untuk mencegah kejadian serupa di masa depan.

Keselamatan dan kesehatan siswa harus menjadi prioritas utama dalam setiap program yang melibatkan anak-anak sebagai penerima manfaat. ●Redaksi/Lili Romli

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *