2025-10-26 13:47

Pesta Megah di Mangkubumi, Rumah Warga Hampir Roboh Tak Tersentuh Pemerintah

Share

HARIAN PELITA — Perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-24 Kota Tasikmalaya di Kecamatan Mangkubumi berlangsung megah.

Selama empat hari penuh, panggung hiburan berdiri gagah, lampu warna-warni menerangi malam, dan suara musik menggema di udara.

Pemerintah kecamatan tampak bersemangat, menebar senyum dan sambutan meriah seolah kota ini tak punya masalah sama sekali. Namun di balik gegap gempita pesta, ada pemandangan yang jauh dari kata meriah — rumah warga yang nyaris roboh, dibiarkan begitu saja tanpa sentuhan bantuan.

Menurut Soni warga sekitar, sungguh ronis  ini mencuat dari salah satu sudut Mangkubumi, di mana seorang warga hidup dalam ketakutan setiap kali hujan datang. Atap rumahnya bocor, dindingnya miring, dan tiangnya mulai lapuk.

Padahal  kata dia,  kondisi  ini sudah berulang kali melapor kepada pihak kelurahan dan kecamatan, berharap ada tindak lanjut atau sekadar kunjungan untuk meninjau kondisi rumah tersebut. Tapi yang datang justru undangan ke acara panggung rakyat, bukan bantuan perbaikan rumah.

“Saya sudah lapor, bahkan disuruh isi data. Tapi sampai sekarang belum ada kabar. Katanya nanti dicek, tapi dicek malah panggung dan tenda untuk acara,” ujar Soni satu warga dengan nada getir, Minggu (26/10/2025).

Pesta rakyat memang penting sebagai simbol kebersamaan, tapi ketika simbol itu mengorbankan nurani, apa masih pantas disebut kebersamaan?.

“Ulang tahun kota sejatinya menjadi momentum refleksi: sejauh mana pembangunan dirasakan oleh masyarakat, bukan sekadar ajang seremonial yang menelan anggaran besar. Apalagi jika dana itu dihabiskan untuk empat hari kemeriahan, sementara sebagian warga masih menunggu keajaiban agar rumahnya tidak ambruk,” ujar Soni.

Kemeriahan acara HUT Kota Tasikmalaya di Mangkubumi seolah menjadi panggung sandiwara. Di depan, semua tampak megah, penuh warna dan senyum. Namun di belakang layar, realita kehidupan rakyat kecil terus berjuang melawan ketidakpedulian. Apakah pemerintah setempat tidak melihat atau pura-pura tidak tahu?

Mungkin bagi sebagian pejabat, rumah warga yang hampir roboh tidak masuk kategori “atraksi menarik”. Tidak ada tepuk tangan, tidak ada foto selfie, tidak ada panggung dan baliho. Yang ada hanya derita diam yang tak pernah sampai ke meja pengambil keputusan. ●Redaksi/Lili

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *