2025-11-11 6:02

Pak Harto Pahlawan Nasional, Penyakit Benci dan Fitnah Muncul Lagi || Catatan Nazar Husain

Share

RASANYA kata damai dan tentram di negara kita sulit sekali menemukan rasa kedamaian dan ketentraman, meskipun berapa kali Indonesia dipimpin yang namanya presiden. Tetap saja berkobar rasa permusuhan!.

Penyakit lama selalu “menyerang” berupa kebencian, dendam, sok jago, fitnah dan pembunuhan karakter. Dari dulu, iya dari dulu, meski pun berganti presiden, tetap saja penyakit itu “mendarahdaging” tidak suka melihat orang baik, pasti dikritik ekstrim.

Presiden Prabowo Subianto pada suatu acara, pernah berkata, bahwa kita sejak dahulu saling membenci, saling dendam sesama presiden atau sesama pimpinan. Prabowo justru ingin menghilangkan rasa benci sesama pemimpin. Tak baik mengedepankan kebencian atau sirik dan dengki sesama manusia.

Rakyat pun, sepertinya melihat rasa benci, sirik dan dengki selama puluhan itu, jadinya muak!. Tidak pernah ada habisnya, tidak pernah ada ujungnya, masih saja lahir kebencian, seolah hanya mereka saja benar. Kan malu!

Coba sekarang, saat Pak Harto diberikan gelar Pahlawan Nasional oleh Presiden Prabowo Subianto, kembali berisik, bagai jutaan laron menyerang lampu terang. Menolak, menggerutu, memfitnah, membenci, tidak setuju, bagai malaikat kebenaran, padahal bodoh!.


Padahal Presiden Prabowo Subianto, mungkin saja, menurut saya, mengambil jalan kebaikan, memotong rasa benci, sirik dan dengki itu yang selama ini mendarahdaging, dengan cara memberikan gelar orang-orang yang pernah berjasa di negeri ini sebagai pahlawan nasional.

Namun ada sesuatu yang tanpa disadari oleh kita, Presiden Prabowo Subianto sebenarnya ingin menghapus sifat pembenci dan permusuhan dari pimpinan-pimpinan negara yang selama puluhan tahun masih tertanam kebencian yang dalam hati para pemimpin negara ini.

Prabowo juga ingin membenahi jalur ekonomi agar sampai ke masyarakat yang selama ini membebani masyarakat paling bawah tanpa solusi yang jelas. Prabowo melihat kemiskinan rakyat sudah terlalu menyakitkan, sehingga ia harus ikut memikirkan kelangsungan kehidupan rakyat paling bawah. Setidaknya Prabowo pro rakyat.

Prabowo ingin kedamaian dengan memberikan rasa aman tanpa ada “suka dan tidak suka”, semua sama, tanpa pandang bulu, semua rakyat sama di mata Prabowo. Prabowo tak ingin menggantung keinginan rakyat, ia harus peka melihat kondisi puluhan tahun “adat” rasa benci-fitnah-sirik-dengki tumbuh subur di negara tercinta ini.

Maka untuk mencari kedamaian dan ketenangan, Prabowo pun akhirnya memberikan “rasahornat” dan gelar 10 tokoh berjasa di negara ini sebagai Pahlawan Nasional. Kita rakyat tidak usah berisik, ikut-ikutan menularkan kebencian ditengah masyarakat, cukup sudahi rasa benci dan fitnah itu. Mari saling dukung agar negara ini sejahtera.

Benar kata Menteri Keuangan Purbaya: Mari Kita Kaya Bersama! *****

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *