Wakil Bupati Desak Perbaikan Data Keluarga: ‘Kunci Pensiun dan Waris Warga Sasak’
HARIAN PELITA — Lapangan Desa Pengadangan mendadak menjadi pusat perhatian Lombok Timur. Bukan sekadar panggung seni, pembukaan Pesona Budaya Desa Pengadangan VII dengan tema filosofis “Metu Telu, Nafas Harmoni di Tanah Sasak” sukses menggabungkan kemeriahan atraksi tradisional Peresean dan tari memukau dengan pelayanan publik massal (jemput bola) yang sangat dibutuhkan warga, Minggu 09 November 2025.
Dibuka Wakil Bupati Lombok Timur H Moh Edwin Hadiwijaya acara berlangsung hingga 26 November ini menjadi bukti nyata komitmen pemerintah daerah untuk hadir langsung ditengah masyarakat, membawa kantor dinas ke lapangan Desa.
”Metu Telu,” secara harfiah berarti “keluar tiga,” sering dimaknai sebagai tiga pilar kehidupan atau kesatuan harmonis dalam budaya Sasak.
Filosofi ini diterjemahkan menjadi aksi nyata, Budaya Spektakuler, ratusan warga antusias menyaksikan Peresean (pertarungan tongkat dan perisai) dan tari tradisional memperkuat akar budaya Sasak.

Bazar UMKM lokal dan pasar murah untuk kebutuhan pokok warga ramai diserbu, menggerakkan roda perekonomian Desa. Puluhan meja layanan dibuka untuk memudahkan warga mengurus mulai dari perpajakan, kesehatan, hingga yang paling krusial Administrasi Kependudukan (Adminduk).
Wakil Bupati Edwin Hadiwijaya menekankan bahwa kehadiran lengkap para kepala dinas, sebagai bentuk apresiasi dan dukungan penuh atas kontribusi masyarakat Desa Pengadangan.
Namun, sorotan utamanya tertuju pada layanan Adminduk dari Dinas Dukcapil.
”Manfaatkan kesempatan ini! Jangan sampai urusan legalitas keluarga terkendala,” desak Wabup.
Beliau secara khusus menyoroti pentingnya dokumen seperti:
Akta Kelahiran dan Kartu Keluarga (KK)
KTP. ”Akta kematian ini sering terlupakan, padahal ini kunci utama untuk pengurusan pensiun dan warisan bagi keluarga yang ditinggalkan,” tegasnya.
Gerakan Satu Data Lombok Timur
Lebih dari sekadar penerbitan dokumen baru, Wabup juga mendesak warga untuk aktif memperbaiki data kependudukan yang sudah kadaluarsa dan tidak sesuai.
”Periksa lagi, apakah data anak Anda masih tercatat SD padahal sudah menjadi sarjana? Perbaikan data ini menjadi bagian krusial dari gerakan Satu Data Indonesia dan Satu Data Lombok Timur,” tutupnya, menegaskan bahwa akurasi data adalah fondasi pembangunan dan layanan sosial dimasa depan. ●Redaksi/Pan
