
Cinta dalam Konteks Filsafat dan Psikologi || Oleh Endah Sayani
SAAT seseorang ditanya tentang arti cinta itu apa? maka, beragam jawaban kita dapatkan, mereka akan mengartikan sendiri dengan apa yang mereka rasa, mulai dari yang betul-betul merasakan indahnya cinta hingga yang kecewa karena cinta.
Ada yang bilang cinta itu indah, rasa bahagia yang tidak bisa di ungkapkan dengan kata-kata hingga ada yang bilang cinta itu bulshit, karena terlalu sering kecewa oleh cinta. Jatuh cinta adalah mengundang rasa kecewa dengan sengaja.
Lalu, apa arti cinta itu?
Inilah arti cinta sesungguhnya menurut filsafat dan psikolog
Dalam konteks filsafat, cinta adalah kualitas baik yang mewarisi semua perasaan kebaikan, simpati dan kasih sayang.
Cinta adalah karunia Tuhan kepada jiwa-jiwa yang peka dan agung. Kahlil Gibran
Cinta sejati atau cinta yang sebenarnya adalah cinta yang dianggap betul-betul tulus, tanpa pamrih, dan tidak hanya terjadi karena ketertarikan fisik atau euforia belaka. Cinta sejati juga bukanlah hal baru, melainkan cinta abadi.
Orang yang memiliki cinta sejati akan memiliki keinginan yang tulus untuk kebahagiaan pasangannya
Namun harus diakui, setiap cinta yang datang dimulai dari cinta yang baru.
Seorang pakar psikologi Zick Rubin menjelaskan bahwa cinta merupakan sebuah emosi yang terbentuk dari tiga perasaan yaitu perhatian, kasih sayang, dan keintiman. Sementara menurut kamus Merriam-Webster, definisi cinta berarti rasa sayang yang konstan dan ditunjukkan bagi seseorang
Tujuan dari saling mencintai adalah untuk membuat seseorang merasa lebih aman dan nyaman. Rasa bahagia karena cinta akan membuat seseorang lebih percaya diri. Bersama orang yang dicintai, seseorang akan merasa lebih aman, nyaman dan tenteram. Inilah cinta sesungguhnya.
Jika tidak merasakan itu semua ini bukan cinta tapi malapetaka
Ali bin Abi Thalib berkata: musibah terbesar itu ketika kita mencintai orang yang tidak mencintai kita.***
Semoga menginspirasi
Editor: Agatha