Inovasi Karpas Ethnique Gunakan Pewarna Alami untuk Produk Busananya
HARIAN PELITA — Merayakan keyakinan bahwa tidak ada yang sia-sia di bumi, Karpas Ethnique menggelar FGD “Karpas Dyealogue” untuk perkuat ekosistem pewarna alami Indonesia yakni daun Kelapa Sawit dengan tagline “Berakar di Bumi, Berkembang di Diri”.
Tagline tersebut menegaskan bahwa pewarna alam bukan hanya proses teknis, tetapi perjalanan menyelami hubungan manusia dengan bumi sekaligus belajar kembali melihat nilai, menghargai proses, dan menghadirkan manfaat bagi diri dan lingkungan.
Founder sekaligus Creative Director Karpas Ethnique, Ratih Wahyu Saputri, menegaskan bahwa semua produk busana yang dihasilkan Karpas Ethnique menggunakan pewarna alami yang berasal dari daun Kelapa Sawit.
Menurutnya inovasi yang digunakan dalam hasil karyanya bukan sekadar eksperimen, tetapi visi besar untuk masa depan industri dunia mode dan busana di Indonesia.
“Karpas berarti kapas, awal mula pakaian. Prinsip kami sederhana, apa yang berasal dari bumi harus kembali pemanfaatan untuk manusia, begitu juga dengan daun Kelapa Sawit,” papar Ratih pada Karpas Dyealogue 2025 di Hotel Ashley Wahid Hasyim, Jakarta, Sabtu, (5/12/2025).
Ratih juga menekankan bahwa daun Kelapa Sawit dipilih bukan sekadar mengikuti tren keberlanjutan melainkan pemanfaatan alam sebagai ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.
Temuan pewarna alami dari daun sawit ini menjadi bukti bahwa Indonesia tidak sekadar mengikuti perubahan global, melainkan berada di garis depan inovasi.
Menurutnya, inovasi memanfaatkan sumber daya kearifan lokal tersebut sekaligus untuk menciptakan ekonomi kreatif yang dapat menghubungkan Tradisi, Riset, dan Masa Depan.
“Jika sesuatu dianggap limbah, itu bukan karena nilainya hilang, tetapi karena manusia belum menemukan kembali fungsinya,” tambahnya.
Dalam forum tersebut, Ratih mempertemukan para pelaku pewarna alam, akademisi, peneliti, pemerhati budaya, dan kreator industri tekstil untuk membangun percakapan strategis tentang masa depan pewarna alam Indonesia. Tak hanya itu ia juga mempertemukan para tokoh lintas sektor, mulai dari praktisi tekstil, peneliti keberlanjutan, pegiat budaya hingga penggerak UMKM.
Acara yang berlangsung hangat dan penuh edukasi tersebut ditutup dengan peragaan busana yang menampilkan karya-karya terbaru Karpas Ethnique, menyatukan tradisi, inovasi, dan keberlanjutan dalam satu panggung.
Dengan lahirnya terobosan tersebut, Jakarta menjadi titik awal revolusi baru industri tekstil dunia: revolusi yang lebih hijau, lebih etis, dan lebih manusiawi. ●Redaksi/Bah
