2025-10-29 20:51

JAM Pemuda Pancasila: Dari Jalanan ke Dunia Digital

Share

HARIAN PELITA — Aula megah Hotel Sultan Jakarta berdenyut dengan warna oranye khas Pemuda Pancasila. Barisan kader berjaket loreng duduk rapi, sementara spanduk besar bertuliskan “HUT ke-66 Pemuda Pancasila dan Peluncuran Aplikasi JAM” membentang di panggung utama, Selasa 28 Oktober 2025.

Suasana khidmat bercampur dengan suara mars perjuangan, mengiringi langkah Ketua Umum Majelis Pimpinan Nasional Pemuda Pancasila Japto Soerjosoemarno naik ke podium.

Japto tersenyum kecil. Di hadapannya, ribuan kader dari 36 majelis wilayah dan lebih dari 400 cabang hadir, membawa semangat yang sama: kebanggaan atas usia panjang dan tekad untuk berubah.

“Hari ini kita tidak hanya merayakan ulang tahun,” katanya membuka sambutan. “Kita memulai babak baru Pemuda Pancasila—babak digital.”

Dari Ormas ke Super App
Babak baru dimaksud Japto adalah peluncuran JAM, singkatan dari Just A Move—sebuah aplikasi buatan anak bangsa diklaim sebagai Super APP pertama yang lahir dari rahim organisasi masyarakat.

Tak sekadar ojek online, JAM dirancang untuk menjadi platform serbaguna, menyediakan layanan transportasi, belanja, pembayaran, hingga pengiriman barang. Kata JAM diambil dari inisial pemrakarsanya, Ketua DPW Pemuda Pancasila Prov. Banten, Johan Aripin Muba.

“Aplikasi ini lahir dari semangat kemandirian teknologi dan pemberdayaan ekonomi rakyat,” ujar Japto, disambut tepuk tangan panjang. “Kami ingin masyarakat memiliki alternatif karya bangsa sendiri. Satu aplikasi untuk semua kebutuhan mobilitas.”

Di layar raksasa, video promosi JAM menampilkan pengemudi berjaket oranye menembus lalu lintas Jakarta. “Dari lorong kampung sampai jalan protokol,” suara narator menggema, “JAM hadir untuk menggerakkan ekonomi rakyat, dari bawah.”

Peluncuran berlangsung simbolis

Bersama dua figur penting—Ketua Umum 234 SC Abishalom Soerjosoemarno dan Ketua MPW PP Banten Johan Arifin Muba—Japto menekan tombol di podium digital. Seketika, logo JAM berpendar di layar: lingkaran merah-putih dengan kilatan kuning di tengahnya.

Tak berhenti di aplikasi, Pemuda Pancasila juga memperkenalkan program Waroeng Pancasila, hasil kolaborasi dengan 4.500 warung rakyat di Banten. Di sinilah JAM beroperasi pertama kali, menjadi sarana distribusi dan transaksi antara pengemudi, warung, dan konsumen.

“Waroeng Pancasila bukan sekadar tempat jualan,” ujar Japto usai peluncuran. “Ini titik temu ekonomi rakyat dengan semangat gotong royong.” Ia menyebutnya sebagai bagian dari ekosistem Pancasila digital—sebuah konsep besar yang menggabungkan nilai ideologi dengan teknologi.

Waroeng-waroeng itu kini menjadi simpul jaringan JAM. Para pemiliknya—dari Warung Madura sampai pedagang kaki lima—mendapat pelatihan digital, perangkat pembayaran, dan akses ke sistem logistik sederhana. “Dengan JAM, warung kecil pun bisa bertransaksi seperti toko modern,” kata Johan Arifin. ●Redaksi/Cr-27

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *