
Resiko Pinjol dan Manajemen Keuangan Bijak
HARIAN PELITA — Dampak negatif terhadap masyarakat bila kurang pemahaman tentang literasi keuangan akan terjerat pinjaman online (pinjol).
Pinjol merupakan tantangan tantangan kompleks dalam berbagai aspek. Belakangan ini maraknya praktik pinjol ilegal.
Eko Filtra selaku Pemimpin Divisi Pembiayaan Ritel dan UMKM di PT Bank DKI Syariah mengatakan kesadaran akan pentingnya literasi keuangan menjadi langkah krusial untuk menghindari risiko finansial yang merugikan. Di era teknologi semakin merasuki kehidupan sehari-hari.
Menurutnya, penting bagi masyarakat untuk memiliki pemahaman mendalam tentang literasi keuangan. Dua hal utama yang perlu dipahami adalah menggunakan pinjol dengan bijak serta mengatur keuangan dengan bijaksana melalui kebijakan pengeluaran yang sehat.
Ia menambahkan, keprihatinannya terhadap situasi saat ini, terutama terkait banyaknya masyarakat yang terjerat dalam praktik ilegal pinjol.
“Dengan perasaan sedih, kita menyaksikan situasi dimana banyak masyarakat terjebak dalam lingkaran pinjol ilegal. Lebih mengkhawatirkan, 42% dari mereka adalah guru, suatu profesi yang menjadi tulang punggung pembangunan bangsa. Selain itu, terdapat 21% korban PHK akibat pandemi dan 18% adalah ibu rumah tangga,” jelas Eko, Rabu (30/8/2023).
Lebih lanjut, Eko menandaskan pinjol telah menjadi bagian integral dari kehidupan modern. Kemudahan dan kecepatannya memungkinkan masyarakat untuk dengan mudah mendapatkan dana yang dibutuhkan.
“Namun, pemahaman tentang cara Pinjol bekerja sangatlah penting. Pertama-tama, pemahaman yang jelas tentang suku bunga, biaya layanan, dan jangka waktu pinjaman sangat dibutuhkan. Terlalu sering, orang jatuh ke dalam perangkap utang karena kurang memahami implikasi finansial dari pinjaman tersebut,” terang Eko.
Karena itu, pendidikan mengenai istilah dan mekanisme pinjol menjadi langkah awal yang sangat penting. Dalam upaya menciptakan masyarakat yang memiliki pemahaman finansial yang baik, pendidikan dan kesadaran akan literasi keuangan perlu ditingkatkan.
Peran pemerintah dan lembaga keuangan resmi menjadi sangat penting dalam memberikan edukasi mengenai akses pembiayaan yang mudah, serta tentang produk dan literasi terkait.
Untuk itu, ia mendorong agar jika penghasilan utama tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, pertimbangkan untuk mencari pekerjaan tambahan atau bahkan memulai usaha sendiri.
Bank DKI menawarkan jenis pinjaman tanpa agunan untuk pelaku UMKM, sejenis dengan pinjol tanpa agunan. Langkah ini, kata Eko, merupakan bentuk dukungan perbankan daerah terhadap pertumbuhan pengusaha muda dan pemula.
“Edukasi melalui program Jak Preneur yang kami lakukan berkolaborasi dengan pemerintah provinsi bertujuan untuk meningkatkan UMKM dari berbagai lapisan, termasuk yang baru memulai usaha,” kata Pemimpin Divisi Pembiayaan Ritel dan UMKM pada PT Bank DKI Syariah.
Selain itu, Program Jak Preneur merangkul pengembangan UMKM melalui pemberdayaan dan penyediaan pembiayaan modal. Berbagai jenis pembiayaan untuk UMKM juga tersedia tanpa agunan dengan suku bunga lebih rendah daripada Pinjol.
Eko menegaskan agar pelaku usaha UMKM berhati-hati dalam memanfaatkan pinjol dan tetap berpikir secara cermat. Dampak besarnya, tidak hanya pada individu melainkan juga pada kelangsungan usaha yang telah dibangun.
Hampir seluruh transaksi keuangan di lembaga pinjol resmi tercatat di SLIK OJK (Sistem Layanan Informasi Keuangan), sehingga menjaga rekam jejak keuangan menjadi sangat penting. Disampaikan oleh Eko, peran pemerintah, lembaga pendidikan dan organisasi masyarakat memiliki peranan krusial dalam menyediakan informasi yang akurat.
Informasi tersebut, mudah dipahami tentang pengelolaan keuangan serta risiko yang terkait dengan penggunaan pinjol yang tidak bijaksana. ” Melalui upaya ini, masyarakat akan teredukasi secara memadai untuk membuat keputusan finansial yang cerdas dan menjaga kesehatan finansial mereka dengan baik,” ungkap Eko. ●Redaksi/Dw