
Saham DADA Menuju Rp230.000: Magnet Global-Skenario Mega Akuisisi Vanguard Investor Jepang
HARIAN PELITA — Saham DADA kini menjadi pusat perhatian pasar modal. Rumor yang beredar bukan sekadar kabar angin, melainkan potensi manuver korporasi kelas dunia.
Dua raksasa asal Jepang, Mitsubishi Estate dan Kajima Corporation, disebut tengah menyiapkan aksi backdoor listing melalui DADA.
Bedanya dengan kasus PANI yang hanya melibatkan pemain swasta lokal, kali ini levelnya jauh lebih besar: akuisisi oleh perusahaan global berstatus TBK dengan kapitalisasi pasar ratusan triliun rupiah.
Namun, yang lebih mengejutkan: di balik nama besar Mitsubishi dan Kajima, terdapat jejak sang raksasa global The Vanguard Group. Penelusuran publik menunjukkan bahwa Vanguard konsisten menjadi pemegang saham di kedua emiten Jepang tersebut. Dan kita tahu, Vanguard bukan pemain biasa. Dengan dana kelolaan USD 10,2 triliun (setara 50 kali APBN Indonesia 2025), Vanguard adalah manajer aset terbesar kedua di dunia—salah satu mesin penggerak pasar global.
●Siapa Vanguard?
• Didirikan di AS lebih dari 50 tahun lalu.
• Struktur unik: bukan perusahaan publik, melainkan dimiliki oleh dana-dana kelolaannya sendiri, sehingga kepentingan investor menjadi prioritas utama.
• Track record return stabil di kisaran 12–18% per tahun dalam 5 tahun terakhir.
• Konsisten hanya masuk ke emiten dengan free float minimal 50%, market cap ≥ USD 100 miliar, dan saham yang super likuid.
Jika benar Vanguard hadir melalui proxy-nya di Asia, maka yang terjadi bukan sekadar backdoor listing biasa, tetapi skenario mega akuisisi dengan dampak langsung pada wajah pasar modal Indonesia.
●Tanda-Tanda Awal di DADA
Beberapa langkah nyata yang sudah terjadi di DADA semakin memperkuat dugaan ini:
• Pembagian dividen pertama sejak IPO – tanda disiplin finansial.
• Upaya keluar dari papan pemantauan khusus (FCA/PPK).
• Kewajiban pengendali melepas saham ke publik untuk menaikkan free float.
Bagi investor awam, aksi “pengendali melepas saham” sering dipandang negatif. Namun justru inilah strategi inti: menjadikan DADA sangat likuid, sesuai syarat Vanguard. Faktanya, ketika saham dilepas di harga Rp11, bukannya longsor, DADA justru melonjak lebih dari 700%. Ini menegaskan adanya skenario besar yang sedang dipersiapkan.
Perbandingan dengan Raksasa Jepang:
• Mitsubishi Estate Co., Ltd. (8802.T), harga di Bursa Tokyo: ¥3.160 – ¥3.170 per lembar, Kurs JPY/IDR: Rp110 – Rp111 & setara Rp348.000–Rp352.000 per lembar.
• Kajima Corporation (1812.T), harga di Bursa Tokyo: ¥4.290–¥4.332 per lembar, Kurs JPY/IDR: Rp110–Rp111 & setara Rp472.000 – Rp481.000 per lembar.
Bandingkan dengan DADA di Rp25 – Rp11.000.
●Potensi Valuasi DADA
Jika skenario Vanguard berlaku, target minimal market cap DADA adalah USD 100 miliar. Dengan jumlah saham beredar 7,4 miliar lembar, valuasi teoretis per saham bisa mencapai Rp230.000 (kurs Rp16.500).
Angka ini memang terdengar fantastis. Tetapi bukan hal yang mustahil. Jika Kajima dan Mitsubishi benar-benar mengonsolidasikan DADA dalam laporan keuangannya, “rapor” keuangan mereka akan semakin menarik di mata investor global.
●Pola Vanguard konsisten:
• Founder/pengendali perlahan hanya memegang 10–15%.
• Mayoritas saham dikuasai institusi dan publik.
• Saham menjadi likuid, stabil, dan tumbuh konsisten dua digit per tahun, seperti yang terjadi pada Microsoft, Apple, hingga Nvidia.
●Kesimpulan:
Pepatah lama tetap berlaku: “Buy on Rumour, Sell on News.” Jika rumor akuisisi ini benar, DADA berpotensi menjadi kisah terbesar di pasar modal Indonesia dekade ini. Dari saham receh menjadi calon multibagger spektakuler, DADA tengah berdiri di panggung global, dengan dukungan para raksasa dunia. Bagi investor yang cerdas membaca momentum, inilah saatnya masuk sebelum pintu benar-benar terbuka lebar. ●Redaksi/Rls17