
Kisruh Yayasan Al KhairaatHabib Mohammad Sadiq al-Habsyi: Jangan Bawa-bawa Nama Presiden Jokowi
HARIAN PELITA — Salah satu tokoh muda Yayasan Al Khairaat, Habib Mohammad Sadiq al-Habsyi, meminta kepada pihak Sayyid ‘Alwi bin Saggaf (SAS) agar tidak membawa-bawa nama Presiden RI, Joko Widodo (Jokowi) dalam kisruh Yayasan Alkhairaat.
Hal terstersebut diungkapkannya dalam menanggapi penyataan kelompok SAS yang menyatakan bahwa Presiden akan membuka muktamar Alkhairaat.
“Pihak SAS ingin berlindung di balik nama besar Presiden, membawa-bawa nama Presiden supaya muktamar yang mau mereka selenggarakan seolah-olah dapat dukungan pemerintah,” tegasnya ketika dihubungi Harian Pelita, Senin (7/8/2023) melalui pesan WhatsApp.
Menurut Habib Sadiq, pemerintah pasti sudah paham konflik tentang yayasan di Alkhairaat hari ini.
“Pemerintah jelas tidak bodoh. Informasi kisruh di Yayasan Alkhairaat jelas sudah sampai ke Pusat. Proses hukum sudah berjalan. Kepolisian sudah memanggil sejumlah pihak untuk diperiksa,” jelasnya.
Tokoh muda Alkhairaat itu meminta kelompok SAS supaya fokus pada perkara hukum dalam hal pemalsuan tanda tangan Syrifah Sida.
“Kelompok SAS tidak perlulah melakukan gerakan tambahan. Tidak usah membawa-bawa Presiden atau pihak lain. Fokus saja ke proses hukum yang sedang berlangsung. Penuhi panggilan polisi. Jangan mangkir,” ungkapnya.
●Kelompok SAS Mainkan Strategi Playing Victim
Surat pernyataan sikap yang ditandatangani oleh Sayyid Alwi bin Saggaf (SAS) dkk. dinilai sebagai upaya memutar balik fakta dalam masalah yayasan Alkhairaat.
Demikian diungkap Habib Mohamad Sadiq al-Habsyi menanggapi penyebaran surat tersebut lewat media sosial baru-baru ini.
“Isi surat pernyataan sikap itu usaha memutar balik fakta yang sebenarnya. SAS, Dr. Salim, dan Abdullah Reza yang menandatangani surat itu termasuk juga kelompoknya memposisikan diri seolah-olah mereka korban. Istilahnya playing victim,” tegasnya.
Di mata Habib Sadiq, korban sebenarnya dari kisruh tersebut adalah Syarifah Sida al-Jufri, putri Guru Tua, dan keluarga besar lainnya.
“Masyarakat khususnya abna’ Alkhairaat kiranya sudah paham siapa yang sesungguhnya korban dalam kisruh yayasan Alkhairaat. Sudah jelas yang korban adalah Syarifah Sida yang dipalsukan tanda tangannya demi memuluskan pembentukan perubahan struktur yayasan baru. Begitu juga dengan keluarga yang tidak pernah diajak musyawarah,” tambahnya.
●Seorang Kader PKS Ikut Memperkeruh
Lebih kanjut Sadiq menilai seorang kader PKS, Sakinah al-Jufri terlibat di balik kisruh Yayasan Alkhairaat yang terjadi saat ini.
Keterlibatan Sakinah tersebut dinilai semakin memperkeruh suasana dan menyebabkan kebuntuan solusi bagi permasalahan yayasan.
“Ibu Sakinah al-Jufri, anggota DPR-RI dari PKS, terlalu jauh mencampuri urusan Yayasan Alkhairaat dengan mendorong pelantikan Rektor Universitas Alkhairaat di bawah kepengurusan yang bermasalah,” ujar Habib Sadiq al-Habsyi.
Tokoh muda Alkhairaat ini menduga kuat keterlibatan itu tidak lepas dari kepentingan politik pada 2024.
“Saya mencium aroma politisasi Alkhairaat oleh kader PKS Sakinah al-Jufri. Ada upaya menggiring organisasi ini untuk berpihak kepada partai dan calon presiden tertentu pada pemilu 2024,” lanjutnya.
Menurut Habib Sadig, penggiringan Alkhairaat ke dalam politik praktis jelas mencederai khittah Alkhairaat yang bebas dari afiasi politik.
“Saya tidak memungkiri bahwa Sakinah al-Jufri adalah bagian dari dzurriyah Guru Tua. Akan tetapi, ia seharusnya tidak mencampur-adukkan antara urusan politik ke dalam persoalan yayasan. Apalagi sampai memperkeruh persoalan yang sudah menjadi konsumsi publik,” katanya.
Di matanya, sikap Sakinah al-Jufri tersebut tidak menunjukkan kedewasaan dalam berpolitik sehingga tidak patut dijadikan wakil dari rakyat di Provinsi Sulawesi Tengah. ●Red/Jat