2024-05-14 0:55

Muktamar NU di Lampung Jadi Pertarungan Kekuatan Ideologis dan Gabungan Kader Parpol

Share

HARIAN PELITA LAMPUNG — Rencananya Muktamar NU ke34 di Lampung pada 22 Desember 2021 akan dibuka Presiden jokowi.

Peserta Muktamar dan Tim Sukses calon Ketua Umum PBNU yakni KH Said Aqil Siradj, Gus Yahya dan KH As’ad Said Ali, telah tiba di arena Muktamar.

Salah satu Tokoh Muda NU, Abdul Hamid Rahayaan terus mengamati dan memberi informasi kepada wartawan terjadinya suasana tarik menarik kepentingan yang menurut Hamid sangat tajam.

Situasi seperti ini menurut Hamid lantaran, calon Ketua Umum PBNU yakni Said Aqil siradj didukung kader NU yang berasal dari Partai PPP dan sebagian dari PKB.

Sementara Gus Yahya didukung kader NU yang berasal dari Partai Golkar. Bahkan menurut Hamid Rahayaan, bahwa informasi yang beredar, Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar, juga ikut mendukung Gus Yahya.

Sedangkan KH As’ad Said Ali didukung oleh Partai Kiyai dan Ketua Cabang NU yang berlatar belakang IPNU, PMII dan Ansor.

Selain itu sambung Hamid, isu yang tak kalah menarik adalah, soal latar belakang Organisasi dari ketiga kandidat.

Misalnya, Said Aqil Sirodj dan As’ad Said Ali berlatar belakang PMII, sementara Gus Yahya berlatar belakang HMI.

Yang jelas ujar dia, masing masing kelompok tidak akan iklas karena kader PMII, IPNU dan Ansor tidak ingin PBNU dipimpin oleh kader HMI dengan segala argumentasinya.

Maka berdasarkan hal itu, Muktamar NU ke 34 menjadi menarik dan timbul pertanyaan apakah kekuatan partai politik yang akan memenangkan Muktamar atau kekuatan ideologis, sebaliknya apakah kader PMII, IPNU dan Ansor yang keluar sebagai pemenang dalam Muktamar ataukah kader HMI yang keluar sebagai Ketua Umum PBNU, semuanya masih belum jelas.

Namun yang pasti papar pria yang berasal dari Tual, Maluku ini, bahwa yang akan terpilih menjadi Ketua Umum PBNU periode 2021-2026, adalah dari hasil Koalisi dua kandidat mengalahkan satu kandidat calon Ketua Umum PBNU.

“Yang menjadi pertanyaan adalah, koalisi versi mana yang akan terbentuk, apakah koalisi sesama calon Ketua Umum PBNU yang didukung oleh para politisi , ataukah koalisi sesama organisasi kader atau yang lainnya, ” kata Hamid.

Tentu saat ini seluruh masyarat Indonesia dan seluruh keluarga besar NU tak sabar menunggu Ketua Umum PBNU yang baru.

“Semua jawaban ini ada ditangan Muktamirin silahkan apakah memilih apakah NU kedepan menjalankan politik praktis ataukah politik kebangsaan. Tentu warga NU hanya bisa pasrah kepada muktamirin, ” tutup Abdul Hamid. ●Red/Zulkarnain

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *