
Nama KH Dimyati Rais Jadi Perhatian Peserta Diskusi Menentukan Rois Am PBNU Periode 2021-2026
HARIAN PELITA — Menjelang waktu tinggal dua hari lagi digelarnya Muktamar PBNU ke 34 di Lampung, maka para intelektual NU, aktivis NU. Dan warga NU tengah sibuk melakukan diskusi siapa yang nantinya menjadi Rois Am PBNU untuk periode 2021-2026 mendatang.
Dalam diskusi tersebut, nama KH Dimyati Rais cukup mendapat perhatian dari peserta diskusi.
Menurut Tokoh Muda NU Abdul Hamid Rahayaan, penentuan Rois Am ini sangat penting karena Rois Am PBNU ini merupakan pemimpin tertinggi NU. Sehingga menjadi sangat seru dan menarik untuk diperbincangkan.
Apalagi memilih Rois Am sangat terkait dengan ulama NU yang tepat yang memiliki berbagai ilmu keulamaannya.
Selain itu sambung Abdul Hamid, Rois Am juga dituntut sosok yang organisatoris, sehingga langkah dan kebijakannya tentu menjadi pedoman bagi seluruh warga Nahdliyin.
‘Dari diskusi tersebut hampir seluruhnya menyimpulkan, tidak ada bedanya antara satu ulama dengan ulama lainnya. Namun jelas terbaca bahwa untuk Rois Am PBNU periode 2021-2026 adalah KH Dimyati Rais.
Hal itu tentu dengan berbagai argumentasi yang muncul dalam diskusi tersebut. Namun warga NU tentu sangat menghormati dan menghargai ulama yang lain, ” tutur Hamid.
Hamid menerangkan, bahwa mekanisme dalam menentukan seorang ulama menjadi Rais Am, ditentukan oleh Ahlul Halli Wal Aqdi (AHWA) yang terdiri dari sembilan ulama yang dipilih oleh Suriyah PWNU dan PCNU seluruh Indonesia.
“Mereka nantinya bermusyawarah untuk mengangkat Rois Am PBNU sebagai pimpinan tertinggi Nahdatul Ulama periode 2021-2026, ” terang Abdul Hamid.
Dia menyebutkan, bahwa hasil diskusi para intelektual NU, aktivis dan warga NU tentang Rois Am PBNU kedepan bukanlah merupakan keputusan, karena kewenangannya ada pada sembilan ulama yang dipilih sebagai ketua dan anggota AHWA untuk mengangkat Rois Am PBN, akan tetapi paling tidak menjadi pengetahuan ketua dan anggota AHWA bahwa Rois Am PBNU telah menjadi pembahasan yang cukup luas dan menarik oleh kader kader NU.
Maka harapannya ujar Hamid, adalah apa yang menjadi hasil diskusi kader kader NU, menjadi perhatian ketua dan anggota AHWA.
“Semoga warga NU tetap solid dan kiyai serta ulama senantiasa dalam lindungan Allah SWT. Semoga dengan hasil Muktamar tersebut menghasilkan pemimpin yang berguna dan bermanfaat untuk warga Nahdliyin serta bagi bangsa dan negara, ” tutup Hamid saat berbincang dengan Harian Pelita hari ini di Jakarta. ●Red/Zulkarnain
Menurut saya memili pemimpin dunia maupun pemimpin Agama.Harus berkaca kepada Dasar Al qur,an Surat Al maidah ayat 55.ALLAH SWT Berfirman Innamaa waliyyukumullahu warosuluhu wallazina Amanu llazina yukimunassolata wayua tuzzakata wahum rookiun yg artinya: Sesungguhnya penolongmu hanyalah ALLAH,RASULNYA,DAN ORANG ORANG YG BERIMAN YG MELASANAKAN SHOLAT DAN MENUNAIKAN ZAKAT SERAYA TUNDUK KEPADA ALLAH.
Setelah membaca Ayat Al Qur,an surah Al maidah ini.maka kami selaku dai. Menyatakan bahwa ayat inilah ALLAH SWT Meletakan 5 kriteria memili seorang pemimpin baik pemimpin Dunia maupun pemimpin Agama Apalagi memili seorang pemimpin yg memimpin para ulama yg disebut Rais Am.Sesuwai dengan penjelasan Ayat ini maka.memili pemimpin harus memiliki 5 sifat yg inti dalam Surat Al maida ayat 55 tersebut diatas yaitu: pemimpin yg berjiwa 5 sifat dan karakter yaitu:
1 seorang pemimpin Wajib menggantungkan cita cita dan Harapan Hanya Kepada ALLAH.
2.Segalah sesuatu kemashalahatan dunia semuanya mencontoh Rasulullah
3 mengutamakan kepentingan orang orang yg beriman
4 mencintai orang orang soleh yg mempertahankan kewajiban Sholat 5 waktu.
5.Mengayomi fakir miskin orang terlantar dengan menghidupkan zakat Infak dan sodako
Apabilah Muhtamar memili seorang pemimpin nanti.Kami yakin bahwa seluruh rakyat Indonesia mengharapkan pemimpin yg terpilih memiliki 5 sifat yg ada dalam inti Ayat Al qur,an Surat Al maidah 55 tersebut diatas.
A number of them are quite simple to learn and supply less efficient randomization of
a terrace although some are instead difficult to perform but more effective in ensuring
of fair game.