2025-05-26 6:46

Pandi Sambut Kemenag Yaqut Minta Aksara Pegon Digitalisasi Agar Tak Hilang

Share

HARIAN PELITA —- Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas berkesempatan membuka Kongres Aksara Pegon pada Jumat (21/10/2022) di Jakarta. Kongres merupakan inisiasi dari Kemenag sebagai bagian dari Peringatan Hari Santri 2022.

Kemenag turut mengundang perwakilan dari berbagai macam stakeholder, diantaranya Kemenko PMK, Kominfo, dan Kemenperin.

Selain itu ada juga perwakilan dari Badan Standardisasi Nasional (BSN), Pengelola Nama Domain Internet Indonesia (Pandi) dan Pegiat Aksara Nusantara.

Menag Yaqut meminta agar aksara pegon dibakukan dan didigitalisasi. Langkah ini, dinilai perlu dan penting untuk menjaga kelestarian aksara pegon. Terutama, agar aksara pegon tidak menghulang seperti yang terjadi pada aksara daerah di Indonesia.

“Kita berutang banyak terhadap aksara pegon. Mungkin kita tidak akan bisa merasakan nikmatnya berislam di Nusantara kalau tidak ada huruf pegon yang menjadi perantara syiarnya,” ujar Menag Yaqut saat membuka Kongres Aksara Pegon di Jakarta, Jumat (21/10/2022).

Aksara pegon, menurut Menag Yaqut, memiliki peran sangat penting. Apalagi, sejumlah catatan sejarah syiar Islam ditulis dalam aksara pegon.

Menag mencontohkan Suluk Sunan Bonang ditulis dengan aksara pegon. Manuskrip itu digunakan untuk melakukan dakwah dan syiar Islam. Umat Islam Indonesia mengenal Kitab Al-Ibriz yang populer di kalangan santri.

Kitab tersebut, katanya, ditulis dengan aksara pegon oleh KH Bisri Mustofa. Demikian pula dengan Al-Tarjamah Al-Munbalajah yang ditulis KH Sahal Mahfudz dengan aksara pegon.

“Banyak kitab kontemporer yang bermanfaat bagi peradaban keislaman yang ditulis dengan aksara pegon,” kata dia.

Ia mengatakan peran penting aksara pegon lainnya adalah biasa digunakan untuk menulis manuskrip ajaran Islam yang menjadi sarana untuk menulis teks sastra. Santri biasa menggunakan aksara pegon untuk surat-menyurat.

“Surat-surat raja-raja zaman dulu menggunakan aksara pegon sebagai media komunikasi dengan raja yang lain agar kolonial tidak bisa membaca. Jadi aksara pegon menjadi huruf sangat taktis yang bisa digunakan untuk mengelabui kolonial agar tidak paham,” katanya.

Fungsi yang tidak kalah penting dari aksara pegon adalah penulisan mantra. Ada kitab Mujarobat, kata Menag, yang ditulis dengan aksara pegon, berisi doa-doa, baik untuk mahabah maupun untuk kepentingan yang lain.

“Kongres aksara pegon ini benar-benar menemukan momentumnya. Saya berharap agar tidak hanya pembakuan, tapi kongres ini menginisiasi proses digitalisasi aksara pegon agar dapat mengikuti perkembangan zaman,” kata Menag. ●Red/Satria

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *