2025-05-28 3:45

Dodol Betawi Si Legit yang Tetap Abadi

Share

HARIAN PELITA —- DODOL sudah lama dikenal di Betawi. Makanan legendaris berbahan dasar santan kelapa, tepung ketan, gula pasir, gula merah, dan garam tersebut, biasa hadir di acara hajatan sunatan, pernikahan, hingga Lebaran.

Meski dari segi pembuatan cukup rumit, karena tak jarang dodol dimasak dengan api dari kayu bakar, sejumlah warga Betawi tetap berupaya mempertahankan dodol. Tekad yang kuat untuk mempertahankan makanan tradisional ini membuat dodol tetap abadi hingga kini.

Sejarah dodol sendiri cukup panjang. Diperkirakan makanan yang identik dengan warna hitam itu telah ada sejak zaman penjajahan Belanda di Nusantara. Saking populernya dodol, pada tahun 1880 dalam koran Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie terbitan 16 Juni 1880 terdapat iklan penjualan dodol.

Bahkan, dalam Apeldoornsche Courant edisi 26 April 1898 terdapat iklan yang mempromosikan atjars (acar/asinan), dodol, dan watjiek (wajik). Namun, saat itu dari segi pengemasan masih ala kadarnya sehingga dalam terbitan De locomotief: Samarangsch handels- en advertentie-blad, 04 Januari 1899 muncul sebuah tulisan yang menyarankan agar dodol dikemas lebih rapi, karena kini banyak permintaan dari Belanda.

Untuk dodol Depok telah populer sejak tahun 1908 seiring munculnya iklan dodol di surat kabar Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, edisi 21 Agustus 1908. Dari nama produsennya pada iklan tersebut tertulis, Nyonya Laurens. Kemungkinan besar dia adalah Orang Depok Asli, karena nama yang tercantum sama dengan marga Laurens yang terdapat dalam 12 marga Orang Depok Asli.

Dodol buatannya bukan hanya terkenal di sekitar Stasiun Depok, tetapi juga bisa dibeli di Stasiun Weltevreden (Gambir), Stasiun Bandung dan Stasiun Padalarang.

Dodol Depok tidak hanya ada di Toko Betawie di Batavia, tetapi juga dijual di Toko Bandoeng di Belanda. Bisa jadi dodol begitu populer di mata warga Belanda, karena dalam iklan Toko Betawie di media Het Vaderland : staat- en letterkundig nieuwsblad, 05 Februari 1931 menulis kata dodol dengan sebutan, Lekkernijen. Hebatnya, hingga kini istilah lekkernij van kleerfrijst tetap ada di kamus Bahasa Belanda.

Hingga tahun 1934, dodol Depok masih dianggap dodol terkenal (bekende Depoksche dodol) sebagaimana terungkap dalam artikel surat kabar Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 26 September 1934. Sebuah iklan toko menyebut dodol Depok seharga f0.15 per pak (De Indische Courant, 19 Mei 1938).

Pada masa perang kemerdekaan dodol Depok masih eksis. Sebuah iklan menyebut harga Dodol Depok f2.5 per pak (Het dagblad : uitgave van de Nederlandsche Dagbladpers te Batavia, 24 Maret 1947.

Pada tahun 1956 hanya dodol Depok dan dodol Garut yang terus eksis. Hal ini paling tidak tercermin dalam daftar dagangan sebuah toko di Djakarta. Iklan itu dimuat di surat kabar yang terbit di Bandoeng, Algemeen Indisch dagblad: de Preangerbode edisi 29 Oktober 1956.

Ratusan tahun berlalu, dodol tetap ada meski harus bersaing dengan makanan yang lebih modern dengan penyajian yang lebih praktis. Tak ingin tergerus zaman, kini dodol juga
telah mengalami modifikasi yang beragam. Mulai dari segi rasa yang dibuat kekinian hingga cara pemasaran yang sudah memanfaatkan marketplace. Ya, zaman memang telah berubah, tapi selera untuk menikmati si legit kenyal itu tak mungkin punah. ●Red/Bang Dun

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *