2025-05-29 15:04

FKG Usakti Gelar PKM Bertajuk Mengenal Penyebab Bau Mulut dan Cara Pencegahannya

Share

HARIAN PELITA —  Bau mulut bisa pada umumnya dipicu oleh kebersihan mulut dan gigi yang tidak terawat dengan baik. Namun, pada sebagian orang, bau mulut masih tetap terjadi meski sudah rajin sikat gigi dan membersihkan gigi menggunakan benang (flossing) atau dengan membersihkan lidah.

Menyikapi hal itu,  Fakultas Kedokteran dan Gigi Universitas Trisakti (FKG Usakti) bekerjasama dengan warga Apartemen French Walk Kelapa Gading Barat, Jakarta menggelar PKM Kesehatan bertajuk Pelatihan Mengenal Penyebab Bau Mulut dan Pencegahannya dengan Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut pada Rabu (2/3).

Acara yang digelar secara virtual menghadirkan empat pembicara, yaitu drg. Indy Labaron, Sp.Pros, drg. Dewi Liliany, M.Kes, drg. Yuniar Zen, Sp.Ort serta drg. Rizky Tanjung, MM., M.Si., MARS.

Dalam paparan pembukanya, drg. Indy menjelaskan tentang penyebab utama dari bau mulut (Fetor Oris/ Halitosis) pada umumnya disebabkan oleh sisa makanan yang tertinggal di gigi yang kemudian dihancurkan bakteri.

“Dari penyebab-penyebab tersebut, akan memicu produksi gas-gas yang mengandung komponen valatile sulfur compounds (VSC),” paparnya.

Indy menambahkan, bau mulut bervariasi dan tergantung dari penyebabnya. Untuk mengetahui apakah anda bau mulut, bisa dilakukan dua langkah yang sederhana. Pertama, tanyakan kepada teman dekat atau saudara untuk mencium bau mulut anda, karena anda akan kesulitan mencium bau mulut diri sendiri.

“Kedua, jilat pergelangan tangan, biarkan kering, kemudian dicium apakah bau atau tidak. Bila bau yang tidak sedap pada daerah tersebut, maka kemungkinan anda memiliki  halitosis.

Lebih jauh drg. Indy menjelaskan tiga klasifikasi klinis yang terjadi pada bau mulut. Pertama, Genuine Halitosis, yang disebabkan malam hari saat tidur atau saat 1-2 jam tidak ada aktifitas mulut + produksi Saliva menurun dan lebih banyak VSCs, faktor makanan dan minuman serta yang disebabkan oleh penyakit. Kedua, Pseudohalitosis yaitu suatu kondisi pasien mengeluhkan bahwa dirinya halitosis, tetapi saat pemeriksaan objektif tidak ditemukan bukti.

“Ketiga, Halitophobia menyerupai Pseudohalitosis, tetapi lebih ke arah masalah psikis takut dianggap bau mulut oleh orang di sekitarnya dan hal tersebut dapat mengarah kepada obsessive mouth-cleansing behavior.

Pada akhir paparannya drg. Indy tentang cara perawatan gigi, diantaranya menjaga OH yang baik sehingga mencegah lubang gigi penyakit gusi, gunakan obat kumur  anti bakter dan kontrol ke dokter gigi setiap enam bulan sekali.

Pembicara kedua, drg. Dewi menjelaskan penyebab umum bau mulut diantaranya tembakau (rokok), makanan, mulut kering dan obat-obatan, puasa dan diet, kebersihan gigi, THT dan penyakit.

drg. Yuniar yang tampil sebagai pembicara ketiga memaparkan penyebab bau mulut yang lebih jarang cara mengenalinya dua di antaranya yaitu pertama Ketoacidosis dimana saat kadar insulin rendah dan tubuh akan menghancurkan lemak sehingga menghasilkan penumpukan keton. Kedua Obstruksi perut, yaitu bau nafas tercium seperti bau feces bila ada periode lamamuntah, terutama bila ditemukan Obstruksi Bowel

Sebagai pembicara terakhir, drg. Rizky menjelaskan tentang cara mendiagnosis bau mulut yaitu dengan metode dokter gigi mencium langsung bau nafas pasien dengan penilaian skala 1-6, mengerok  bagian belakang lidah dan cium baunya serta menggunakan detektor.

Kesimpulan dari keempat pembicara di atas, bahwa agar gigi tetap sehat, sikatlah gigi selama dua menit, sebelum tidur malam dan setelah sarapan pagi. Hindari makanan dan minuman yang lengket di gigi, kurangi atau bahkan hentikan kebiasaan merokok. ●Red/Rls03

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *