2025-07-01 7:56

Dr Daur Tasalsul, Motivasi Ayah Hingga Raih Gelar Doktor ke-77 di Program Studi Doktor Ilmu Hukum di PHISIP Unram

Share

HARIAN PELITA — Dalam dunia yang terus berubah, ada kisah yang tidak pernah usang untuk diceritakan. kisah perjuangan seorang anak desa yang mengubah getir kehidupan menjadi peta menuju cahaya ilmu dan pengabdian.

Dialah Dr Daur Tasalsul, lahir di Mendana, Desa Mendana Raya, pada 13 Juni 1993 dari keluarga sederhana yang penuh cinta, namun jauh dari kelimpahan materi.

Sejak kecil, hidup tidak memberinya banyak pilihan, tapi justru di situlah dia menempa tekad dan keberanian. Sejak duduk di bangku SDN 7 Selebung Ketangga (yang kini menjadi SDN 1 Mendana), ia sudah terbiasa menerima motivasi dari sang ayah yang berkata.

“Jalani dan nikmati hidup ini. Jika sukses, jangan sombong. Jika terjatuh, jangan mengeluh”.

Petuah itu menancap dalam dan menjadi bekal utamanya melewati masa-masa sulit.

Selepas SD, ia melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 2 Keruak, dan sejak itulah dunia mulai memperkenalkannya pada kerasnya realita.

Untuk bisa tetap sekolah, ia harus bekerja serabutan. Jika tidak bekerja, maka tidak ada ongkos untuk pergi belajar. Saat teman-temannya berseragam rapi, ia datang dengan sepatu tua yang bolong, namun langkahnya tetap penuh harapan.

Saat masuk SMA Negeri 1 Keruak, beban hidupnya tidak menjadi lebih ringan. Ibunya, seorang penjual kerupuk di pasar, berjuang sendiri menghidupi keluarga.

Ia tahu, tidak mungkin berharap penuh pada penghasilan sang ibu. Maka ia tetap bertahan dengan caranya sendiri tidak menyerah, tidak mengeluh, dan tidak pernah mengkhianati cita-citanya.

Jangan pernah menambah keringat orang tuamu dengan air mata, katanya dalam hati kalimat yang terus menguatkan ketika tubuhnya lelah dan semangatnya nyaris padam.

Namun kehidupan kembali menguji. Pada tahun 2009, saat duduk di kelas 2 SMA dan tengah menghadapi ujian akhir semester, kabar duka menghantam: sang ayah meninggal dunia secara mendadak, tanpa pernah sempat mengucap perpisahan. Dunia seakan berhenti.

Sosok panutan, sumber kekuatan dan semangat belajar, telah tiada. Harapan kuliah pun seperti terkubur bersama kepergian ayahnya.

Tapi Tuhan tidak pernah tidur. Saat semua terasa gelap, datanglah secercah cahaya berupa sosok guru yang berhati malaikat, Bapak Ainuddin (Pak Aen). Beliau tidak hanya memberi nasihat, tapi datang mencarinya, membangkitkan semangatnya, dan mendaftarkan namanya untuk kuliah di Universitas Mataram melalui jalur Beasiswa Bidikmisi. Tanpa guru itu, mungkin jalan hidupnya akan sangat berbeda.

Maka dimulailah perjalanan panjangnya dalam dunia akademik. Tahun 2011, ia memulai studi S1 Ilmu Hukum di Universitas Mataram. Lanjut S2 Hukum Keluarga Islam di UIN Mataram. Disusul S2 Ilmu Hukum di Pascasarjana Universitas Mataram.

Puncaknya, ia meraih gelar Doktor Ilmu Hukum (S3) dari Universitas Mataram pada tahun 2025. Beliau mulai menempuh S3 tahun 2022 dan  selesai pada tgl 20 Juni 2025

Setiap tahap pendidikan itu adalah perjuangan. Di balik toga yang dikenakan, ada peluh yang jatuh, malam-malam tanpa tidur, dan tangis yang ditahan demi tidak menunjukkan lemah.

Tahun 2017, ia resmi menjadi Advokat. Sebuah pencapaian luar biasa, bukan hanya karena gelarnya, tapi karena nilai-nilai hidup yang ia pegang selama menjalani profesi: kejujuran, keberanian, dan keberpihakan pada kebenaran.

Pada 2019, ia menikahi wanita pilihan hatinya, Susi Nurmala Sukmawati. Keluarga kecil ini menjadi sumber kekuatan baru baginya.

Namun takdir kembali menguji, saat ujian terbuka disertasi (S3) digelar yang seharusnya menjadi momen kebanggaan bersama keluarga sang istri justru berada di ruang operasi menjalani proses kelahiran anak kedua secara sesar. Momen itu membuktikan, bahwa pencapaian besar seringkali hadir di tengah badai pengorbanan.

Tak hanya di bidang akademik dan hukum, ia juga pernah terjun dalam dunia politik pada Pemilu 2023/2024, sebagai bentuk kontribusinya untuk memperbaiki negeri. Dari pengalaman politik itu, lahir disertasi yang sarat makna dan analisa tajam.

Dr Daur Tasalsul bukan ingin dipuja, melainkan ingin kisah hidupnya menjadi lentera bagi yang sedang merangkak dalam gelap. Ia ingin membuktikan bahwa

Keterbatasan bukan alasan untuk menyerah. Ketiadaan bukan penghalang untuk bermimpi. Dan masa lalu yang kelam tidak bisa menghentikan masa depan yang gemilang.

Hidup bukan tentang siapa yang paling cepat, tapi siapa yang paling kuat bertahan dan tetap berjalan. Jika Anda sedang di titik lelah, ingin berhenti

Ingatlah, bahwa satu-satunya kegagalan sejati adalah ketika Anda tidak mencoba lagi.

“Hidup untuk mati, dan mempersiapkan mati untuk hidup.”
Bagi Dr Daur, hidup ini adalah titipan singkat dan ilmu, perjuangan, serta keikhlasan dalam memberi, adalah bekal terbaik yang akan ia bawa pulang kelak. ●Redaksi/Harpan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *