2025-05-23 22:37

Makna Hidup yang Sesungguhnya

Share

Aristoteles mengungkapkan bahwa Hidup bukan sekadar tentang bernapas, bekerja, atau menjalani rutinitas, tetapi tentang memiliki kesadaran penuh akan siapa kita, apa yang kita rasakan, dan ke mana kita melangkah.

Bayangkan seorang pengembara yg berjalan di tengah kabut tebal. Ia melangkah, tetapi tak tahu ke mana, tak paham mengapa, dan tak merasakan perjalanan itu sendiri. Bukankah ia sama saja dengan seseorang yang hidup tanpa benar-benar sadar akan keberadaannya? Banyak orang menjalani hidup seperti itu terjebak dalam rutinitas tanpa pernah berhenti untuk bertanya, “Siapa aku? Apa yang sebenarnya aku cari?”

Aristoteles mengajarkan bahwa kesadaran akan pikiran dan perasaan adalah bukti bahwa kita ada dan berarti. Setiap kali kita merenung, setiap kali kita merasa bahagia, sedih, ragu, atau bahkan takut, saat itulah kita menyadari bahwa kita adalah manusia yang utuh. Kita bukan sekadar bagian dari dunia, tetapi pelaku utama dalam kisah hidup kita sendiri.

Kesadaran ini memberi kita kendali atas kehidupan kita. Ketika kita memahami diri sendiri, kita tidak lagi sekadar mengikuti arus, melainkan mampu menentukan arah. Kita tidak membiarkan hidup hanya “terjadi” begitu saja pada kita, tetapi kita memilih bagaimana menjalaninya. Kesadaran adalah cahaya yang membimbing kita keluar dari kegelapan ketidaktahuan dan ketidaksadaran.

Aristoteles mengingatkan agar jangan biarkan hidup berlalu tanpa makna. Rasakan setiap momen, pikirkan setiap langkah, dan renungkan setiap pengalaman. Sebab, hanya dengan benar-benar menyadari keberadaan kita, kita bisa menjalani hidup yang sesungguhnya bukan sekadar hidup, tetapi hidup dengan kesadaran dan tujuan.

“Menyadari keberadaan kita sendiri adalah kunci bagi kita untuk benar-benar hidup dalam makna yang sesungguhnya.”

Teropong Filsafat

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *