2025-12-09 16:31

Mengenal Sosok Konglomerat Aguan, dari Jaga Gudang dan Tukang Bersih

Share

HARIAN PELITA — Nama Aguan muncul sebagai seorang konglomerat ternama di Indonesia. Di bisnis properti Indonesia, nama Aguan sering disebut dengan nada kagum—tapi sedikit yang benar-benar tahu ia berangkat dari posisi paling bawah: penjaga gudang dan tukang bersih-bersih di sebuah kantor perusahaan impor.

Lahir di Palembang tahun 1951 dengan nama Guo Zaiyuan (kemudian dikenal sebagai Sugianto Kusuma), ia menempuh sekolah menengah Tionghoa Jugang Zhongxue sebelum hijrah ke Jakarta pada 1960-an.

Di kantor impor itu, tugasnya sepele: mengepel lantai, merapikan barang, menjaga gudang. Tapi justru dari situ ia menghafal ritme bisnis: barang datang–barang keluar, siapa pemasok, siapa pelanggan, bagaimana uang berputar. Kerja serius tanpa banyak bicara membuatnya dipercaya naik jadi pengurus administrasi dan keuangan.

Titik balik datang ketika ia bertemu seorang pemborong bangunan yang sedang terlilit masalah—baru kalah judi, tidak punya uang untuk melanjutkan proyek.

Aguan melihat peluang di tengah kesulitan orang lain: ia meminjamkan modal untuk membangun deretan ruko dengan sistem bagi hasil.

Dari satu proyek kecil itu, ia belajar seluk-beluk dunia konstruksi: harga semen, hitungan meter tanah, cara bernegosiasi dengan pemilik lahan.

Agung Sedayu Group
Tahun 1971, dengan modal pengalaman dan keberanian, ia mendirikan cikal bakal Agung Sedayu Group—awal mulanya hanya kontraktor rumah & ruko yang dikenal lewat promosi mulut ke mulut, sebelum kemudian menanjak lewat proyek seperti Harco Mangga Dua, salah satu mal elektronik terintegrasi pertama di Indonesia.

Dari sana, roda bisnis berputar makin besar. Bersama berbagai mitra, termasuk pengusaha besar lain, Aguan ikut mengembangkan kawasan strategis seperti Kelapa Gading, Pantai Indah Kapuk, SCBD, hingga PIK 2, yang sekarang jadi salah satu ikon properti paling mahal di Jabodetabek.

Ia juga dipercaya memimpin konsorsium investor Nusantara untuk proyek Ibu Kota Negara baru dan menjabat di emiten properti PIK 2 (PANI).

Dari seorang penjaga gudang yang tugasnya menggeser kardus di pojokan kantor, Aguan menjelma jadi satu dari konglomerat properti paling berpengaruh di Indonesia—perjalanan panjang yang memperlihatkan bagaimana kerja kasar di lantai gudang bisa berakhir di meja rapat proyek triliunan rupiah. ●Redaksi/Dikutip dari berbagai sumber

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *