Mengenang Ibu Tien Soeharto: Sosok Perempuan Tangguh Dibelakang Pak Harto
HARIAN PELITA — Ibu Tien dipercaya sebagai sumber pamor Soeharto, dan pamor itu menyusut seiring meninggalnya Tien pada 1996 karena serangan jantung
Beberapa orang percaya bahwa Siti Hartinah atau Ibu Tien adalah sumber pamor dan kewibawaan Soeharto. Karena itulah banyak juga yang percaya bahwa ketika Ibu Tien wafat pada 1996 lalu, kebibawaan Soeharto pun turut surut.
Ibu Tien jugalah yang bikin Soeharto muda minder. Itu terjadi ketika pria asal Kemusuk, Yogyakarta, itu hendak meminang perempuan yang punya nama asli Siti Hartinah itu. Sapaannya Tien.
Harto begitu menyayangi sang istri. Kasih terbesar barangkali terwujud ketika dia tampil membela proyek pembangunan Taman Mini Indonesia Indah (TMII) yang digagas Ibu Tien, yang banyak diprotes karena dianggap tak bermanfaat dan mubazir.
Tentu Tien punya peran besar dalam karier ketentaraan Harto. Pada 1959, Harto, yang ketika itu adalah Panglima Divisi Diponegoro, terjerat kasus penyelundupan hasil bumi. Dia pun hampir dipecat oleh AH Nasution.
Dalam buku Siti Hartinah Soeharto: Ibu Utama Indonesia oleh Abdul Gafur diceritakan, Harto yang kecewa kemudian memutuskan menjadi sopir taksi. Dan di sinilah peran besar Tien Soeharto.
“Saya tidak pernah menikah dengan sopir taksi, karena saya menikah dengan seorang prajurit, seorang tentara” ujar Bu Tien dalam buku tersebut, sebagaimana dikutip dari National Geographic Indonesia. Harto pun mengurungkan niatnya dan memilih untuk menjalankan instruksi: belajar lagi di Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat (SSKAD) di Bandung.
Ibu Tien juga disebut punya peran penting ketika Harto menyepakati UU antipoligami pada 2 Januari 1974.
Pada 28 April 1996, Tien meninggal dunia akibat penyakit jantung yang dideritanya. Sempat beredar desas-desus yang menyebut bahwa penyebab kematian Tien adalah faktor lain.
Yang jelas, kematian Tien begitu mendadak. Dan sejak saat itulah pamor Soeharto sebagai presiden terlihat semakin menurun. Hingga pada 21 Mei 1998, Harto akhirnya lengser dari jabatannya sebagai penguasa Orde Baru selama 30 tahun lebih. ●Dikutip dari Intisari.grid.id/Redaksi
