
Strategi OPSI Turunkan Stigma Negatif Isu HIV-AIDS
HARIAN PELITA — Salah satu strategi advokasi Organisasi Perubahan Sosial Indonesia (OPSI) menurunkan stigma HIV-AIDS di masyarakat dengan menggandeng media massa. Edukasi serta materi isu kesehatan terkait pemberitaan pun disampaikan oleh Rito Hermawan.
Rito Hermawan merupakan Koordinator Nasional Organisasi Perubahan Sosial Indonesia. Kegiatan pelatihan yang digelar OPSI dilaksanakan pada 13-15 Agustus 2025 dengan melibatkan sejumlah jurnalis dan mahasiswa.
Hermawan menegaskan dengan memberikan pelatihan kepada sejumlah wartawan atau jurnalis mengenai isu tersebut dimaksudkan untuk mengurangi stigma terhadap kelompok rentan seperti pekerja seks (PS), orang dengan HIV (Odhiv), transgender atau kelompok laki-laki seks dengan laki-laki dan pengguna Napza.

“Melalui membangun mitra dengan jurnalis salah satunya adalah memberikan penguatan atau sensitivitas isu-isu kelompok rentan dan HIV terhadap jurnalis, agar bagaimana pemberitaan media ini menjadi berimbang,” jelas Hermawan yang akrab disapa Opa Wawan, Jum’at (15/8/2025).
Menurutnya para jurnalis yang mengikuti kegiatan OPSI di sebuah hotel dibilangan Kuningan, Jakarta Selatan dinilai oleh Wawan sangat tertarik dengan isu HIV. Hal ini diungkapkan dia bahwa pekerja media tersebut banyak memperoleh informasi terkait penularan HIV dari fasilitator.
Wawan mengatakan setelah diberikan pemahaman kemudian jurnalis mulai mengetahui penyebab dan penularan HIV. Dia menjelaskan bahwa HIV tidak gampang menular kepada orang lain. Selama ini, dikatakan dia, HIV menjadi momok yang menakutkan di masyarakat.
“Yang menarik selama tiga hari ini kayaknya ternyata teman-teman jurnalis ini sangat tertarik di isu HIV dan isu ragam gender dan seksualitas,” kata dia.
Selain itu, para peserta juga mendapatkan penggunaan istilah terminologi atau diksi yang selama ini baru diketahui melalui pelatihan tersebut. Ia berharap penulisan berita pekerja seks akan lebih friendly dibandingkan dengan penambahan kata-kata “komersil”.
“Disini sangat penting bagi kelompok-kelompok rentan seperti menghilangkan komersil di belakang kata pekerja seks itu, juga menjadi salah satu diksi yang juga menjadi penting untuk menurunkan stigma,” imbuh Wawan. ●Redaksi/Dw