
Benarkah George Soros dan Riza Chalid Dalang Demo di Indonesia, Kapolri Akan Tindaklanjuti
HARIAN PELITA — Kapolri Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo menyampaikan bahwa pihaknya kini akan menindaklanjuti dugaan keterlibatan pengusaha migas Riza Chalid pada kerusuhan selama demonstrasi di berbagai wilayah Indonesia.
Ia menyatakan seluruh proses penyelidikan akan dilakukan berdasarkan fakta dan bukti yang ditemukan di lapangan.
“Ya tentunya Polri akan bergerak sesuai dengan bukti-bukti di lapangan,” ujar Sigit usai mendampingi Presiden Prabowo Subianto menjenguk aparat kepolisian yang terluka di RS Polri, Kramat Jati, Jakarta Timur, Senin (1/9/2025).
Kapolri menyebut pihaknya akan menelusuri seluruh pihak yang diduga berperan dalam kerusuhan.
Termasuk pelaku lapangan, aktor intelektual, dan pihak yang diduga membiayai aksi anarkis yang menyebabkan kerusakan fasilitas publik dan gedung pemerintahan.
“Kita akan menarik dari fakta yang kita dapat. Akan terus kita cari baik pelaku di lapangan, aktornya, siapa yang membiayai semua akan kita cari,” tegasnya.
Diketahui nama Riza Chalid kembali mencuat di tengah eskalasi demonstrasi yang berujung kerusuhan.
Namanya disebut dalam sejumlah pesan dukungan terhadap Prabowo Subianto.
Riza disebut sebagai bagian dari pencapaian pemerintahan, meski belum ada klarifikasi resmi dari pihak terkait.
Beberapa menteri yang menyingung nama Riza Chalid dalam pernyataan publik di antaranya, Menko Pangan Zulkifli Hasan, Menteri Perlindungan Pekerja Migran Indonesia Abdul Kadir, dan Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono.
Sementara itu dalam laporan media Rusia Sputnik, analis geopolitik, Angelo Giuliano, menyebut dua lembaga internasional, yakni National Endowment for Democracy (NED) dan Open Society Foundations (OSF) milik taipan George Soros sudah lama beroperasi di Indonesia.
Sejak dekade 1990-an, keduanya dinilai aktif memberikan dukungan pada media dan kelompok tertentu.
“Jika kita melihat pola gerakan, ini bukan hal baru. Ada benang merah dengan strategi geopolitik Barat di kawasan Indo-Pasifik, apalagi di tengah memanasnya situasi Thailand-Kamboja,” ujar Giuliano seperti dikutip pada Senin (1/9/2025).
Lebih jauh, Giuliano menyoroti fenomena penggunaan simbol bendera bajak laut dari anime Jepang One Piece yang muncul dalam aksi massa, terpampang di tembok, mobil, hingga pintu.
Menurutnya, pola semacam ini mirip dengan taktik yang pernah muncul dalam sejumlah “revolusi warna” di negara lain.
“Mungkin keluhannya terkait ekonomi rakyat, tapi simbol-simbol ini mengisyaratkan adanya arahan dari luar,” tambahnya. ●Redaksi/Cr-311