2025-09-30 10:31

Letjen Witarmin: Panglima Kopassus dan Penumpas G30S di Blitar Selatan

Share

HARIAN PELITA — Letnan Jenderal TNI (Purn) Witarmin adalah sosok prajurit tangguh yang tercatat sebagai salah satu tokoh penting dalam sejarah militer Indonesia, khususnya dalam operasi penumpasan pemberontakan G30S/PKI di Blitar Selatan, Jawa Timur.

Lahir di Kutorejo, Kertosono, Nganjuk pada 2 Februari 1925, Witarmin tumbuh sebagai anak tunggal dari pasangan Samin Sastra Miharjo dan Wiji.

Meski berasal dari keluarga sederhana dan tidak sempat menempuh pendidikan menengah karena keterbatasan ekonomi, ia dikenal sebagai pemuda yang dinamis, penuh semangat, dan memiliki jiwa kepemimpinan sejak dini.

Pada masa pendudukan Jepang, Witarmin menempuh pendidikan militer di Resentai Magelang dan Bogor, hingga lulus sebagai bagian dari angkatan pertama dengan pangkat shodancho (komandan peleton). Sejak 1943, ia ditugaskan sebagai tentara PETA (Pembela Tanah Air) di Sukorame, Kediri. Dari sinilah karier militernya mulai menanjak.

Pasca kemerdekaan, Witarmin terus berkiprah di dunia militer. Ia memiliki hubungan erat dengan tokoh-tokoh penting, seperti Amir Murtono dan Imam Samudi, yang bersamanya berjuang di Kertosono. Puncak kiprah heroiknya terlihat pada tahun 1965, ketika pecah pemberontakan G30S/PKI.

Witarmin memimpin pasukan dalam Operasi Trisula, yang bertujuan menumpas kekuatan PKI di Blitar Selatan. Keberhasilannya dalam operasi ini diabadikan lewat Patung Kolonel Infanteri Witarmin serta Monumen Trisula di Blitar.

Selain sebagai tokoh militer, Witarmin juga pernah dipercaya memimpin pasukan elit. Ia menjabat sebagai Panglima Komando Pasukan Khusus (Kopassus, kala itu Kopassandha) ke-7 dari tahun 1970 hingga 1975. Di bawah kepemimpinannya, Kopassus semakin disegani dan diperkuat sebagai pasukan khusus Angkatan Darat yang memiliki peran penting dalam menjaga stabilitas nasional.

Dalam kehidupan pribadi, Witarmin menikah dengan Suratmi dan dikaruniai 4 orang anak. Sosoknya juga dikenal religius dan dekat dengan kalangan ulama, bahkan pernah diangkat anak oleh Kiai Haji Machrus Ali, Ketua Syuriah NU Jawa Timur sekaligus pengasuh Pesantren Lirboyo, Kediri.

Witarmin wafat pada 9 Juli 1987 di RS Dr. Soetomo, Surabaya akibat penyakit lever dan diabetes. Ia dimakamkan dengan penuh penghormatan di Taman Makam Pahlawan, Jalan Bandung, Surabaya. Namanya kini abadi sebagai nama jalan, yaitu Jalan Letjen Witarmin di Blitar, menjadi pengingat atas jasa-jasanya yang besar bagi bangsa. ●Redaksi/Cr-26

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *