2025-05-23 23:33

Rapat Anggaran DKI di Puncak Perlu Dievaluasi, Dampaknya Gembong Meninggal

Share

HARIAN PELITA — Anggota DPRD DKI Rasyidi agar mengevaluasi lagi pelaksanaan rapat anggaran di Puncak, Bogor, Jawa Barat yang sangat melelahkan bagi seluruh anggota dewan.

Sehingga mengakibatkan Ketua F-PDIP DPRD DKI Jakarta Gembong Warsono meninggal setelah menghadiri rapat.

Diakui Rasyidi selama beberapa hari terakhir, Gembong aktif mengikuti rapat anggaran di Komisi A DPRD DKI Jakarta. Bahkan hampir setiap hari rapat digelar sejak pagi hingga dini hari.

“Rapat badan anggaran (banggar) di Puncak. Semua anggota DPRD itu kan (ikut Banggar) Komisi A, B, C, D, E. Pak Gembong ini Komisi A. Kita semua ini mengejar waktu, (Banggar) ada yang sampai jam 10 (malam), Komisi A itu saya pernah dengar sampai jam 12 malam kan,” kata Rasyidi kepada wartawan, Minggu (15/10/2023).

DPRD DKI Jakarta kerap menggelar rapat anggaran di Grand Cempaka Resort, Bogor, Jawa Barat. Meskipun disediakan penginapan di resort milik BUMD DKI itu, beberapa anggota Dewan memilih pulang ke Jakarta selepas rapat dalam kondisi lelah, termasuk Gembong.

Rasyidi menyebutkan ada beberapa alasan para legislator Kebon Sirih enggan menginap di resort yang disiapkan. Salah satunya karena alasan mistis.

“Kemudian mereka kan pulang ke Jakarta. Jadi kadang-kadang itu kita nggak nginap di atas karena pertama, Grand Cempaka itu masih sedikit apa istilahnya itu ya, kalau tidur sendiri itu agak segan gitu, pohonnya terlalu besar, kemudian orangnya juga enggak banyak sehingga kita kembali ke Jakarta, hampir semua (anggota Dewan pulang ke Jakarta). Kadang-kadang pulang itu kecapekan. Apalagi seperti Pak Gembong itu tidak pakai sopir, dia nyetir sendiri kalau saya naik Grab Car. Nyetir sendiri ini kan beliau mungkin kecapekan juga,” terangnya.

Selain disibukkan oleh jadwal rapat anggaran, menurut dia, Gembong disibukkan oleh jadwal reses ke daerah pemilihan (dapil) sehingga Rasyidi meyakini kondisi Gembong pun pasti menurun akibat kelelahan.

“Jadi sampai di rumah beliau ini ada reses juga. Jadi berpacu dalam waktu. Ada harus Rapat Banggar, ada harus reses diselesaikan, sekarang Susperda harus selesaikan. Jadi inilah mungkin Pak Gembong ini kecapekan menurut saya,” ucapnya.

“Kemudian, jam 01.00 WIB kayaknya dia masuk angin jadi dikerok oleh istrinya. Soalnya waktu tadi beliau dimandikan saya lihat itu ada kerokannya,” sambungnya.

Rasyidi menjelaskan, Gembong langsung dilarikan ke Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP) setelah jatuh pingsan. Namun nyawanya tak tertolong.

“Iya, ke RSPP. Jadi beliau kan sudah dikerok biasanya sudah (sembuh). Nah, begitu sudah dikerok itu dia mau tidur, nah dia jatuh dari tempat tidur itu. Jatuh, terus pingsan, terus dibawa ke RSPP. Sampai di RSPP sudah tidak ada lagi,” ucapnya.

Atas hal ini, Rasyidi mendorong agar adanya evaluasi pelaksanaan rapat anggaran di Puncak. Politikus PDIP itu mengaku telah menyampaikan usulan tersebut kepada Plt Sekretaris Dewan DPRD DKI Jakarta Augustinus.

“Jadi menurut saya perlu dievaluasi lagi kalau Rapat Banggar di Grand Cempaka itu, tadi saya sudah sampaikan ke Pak Sekwan supaya tolong dievaluasi lagi karena kita pertama di sana itu bolak-balik, akibat bolak-balik itu. Walaupun di sana disuruh nginap tapi kita kurang betah tinggal di sana, itu masalahnya. Jadi perlu dievaluasi lagi di sana. Kita ini kan sudah seperti bapak-bapak itu saya juga yang lain itu sudah dewasa. Jadi perlu mendapat perhatian,” ucapnya. •Redaksi/Wardjoko

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *