
Abd Hamid Rahayaan: NU Harus Terhindar dari Permainan Politik Praktis
HARIAN PELITA JAKARTA — Penasehat Pribadi Ketua PBNU, Abdul Hamid Rahayaan memberikan pandangan dan solusi terkait kondisi NU dalam menghadapi Muktamar ke 34 di Provinsi Lampung pada Desember mendatang.
Menurut Tokoh Muda NU dari Indonesia Timur ini, saat ini sudah makin terlihat ketegangan dan perpecahan dalam tubuh PBNU yang disebabkan kepentingan Rois Am dan Khatib Am yang berbeda dengan Ketua Umum dan Sekjen.
Selain itu kata Hamid, dalam memperoleh dukungan masing- masing kubu menggunakan cara yang kurang elegan, sehingga sangat berpengaruh terhadap keutuhan Jam’iyah Nahdatul Ulama,
“Agar tidak terjadi perpecahan yang dapat mengganggu keutuhan warga nahdiyin, saya menawarkan solusi yang bijak. Yaitu bagi para kiyai dan ulama sepuh untuk mengambil langkah penyelamatan NU dengan mencari figur alternatif untuk memimpin dan mengendalikan NU, ” kata Hamid Rahayaan kepada Harian Pelata. Id di Jakarta.
Hal itu ujar dia, dengan catatan mengakomodir dua kubu yang sedang berseteru sehingga sehingga tidak ada yang merasa dirugikan dan diuntungkan.
Misalnya sambung Hamid, KH Said Aqil Siroj diangkat menjadi Rois Am sementara Gus Yahya diangkat menjadi Wakil Ketua Umum.
“Menurut saya inilah solusi terbaik untuk menghindari perpecahan yang tajam dalam NU. Jika langkah tersebut tidak dilakukan dan keadaan ini terus dibiarkan, maka sudah barang tentu kehancuran akan terjadi karena kedua kubu tidak saling mengikhlaskan, ” ujarnya.
Sebagai orang yang senantiasa mengikuti Muktamar NU sambung Abdul Hamid, dia melihat situasinya sangat berbeda dengan Muktamar saat ini. Karena kata Hamid beberapa politisasi secara terang terangan menunjukkan warna untuk memperlihatkan arah dan dukungan mereka mereka.
Sehingga pada saatnya sudah bisa ditebak jika KH Said Aqil siradj akan terpilih sebagai ketua umum akan dikendalikan oleh siapa dan dari partai politik mana.
Sebaliknya sambung Hamid, Gus Yahya pun demikian akan dipengaruhi oleh politisi dan partai politik tertentu.
Untuk itu menurut Abdul Hamid NU harus kembali kepada ruhnya yaitu menjalankan politik kebangsaan untuk keutuhan dan keselamatan bangsa dan negara sekaligus melaksanakan ajaran sesuai dengan pedoman yang telah diletakkan oleh pendiri Nahdatul Ulama.
Untuk itu dia berpendapat solusi terbaik adalah, Ketua Umum PBNU kedepan bukanlah KH Said aqil siradj atau Gus Yahya, namun sebaiknya figur pemersatu yang dapat mengayomi dan mampu menghilangkan seluruh perbedaan untuk kebaikan NU. ●Red/Zulkarnain