2025-06-10 17:45

KSAD Sampaikan Orasi Ilmiah pada Wisuda Unas Periode II TA 2020/2021

Share

HARIAN PELITA JAKARTA — Universitas Nasional (Unas) terus meneguhkan komitmennya untuk mempertahankan dan meningkatkan, khususnya kualitas pendidikan para mahasiswa. Pencapaian akreditasi perguruan tinggi Unas dengan predikat A, akan menjadi cambuk bagi civitas akademika untuk menjadi universitas yang tidak hanya unggul di tingkat nasional, tetapi juga terekognisi internasional.

Komitmen ini dikuatkan berdasarkan monitoring LLDikti dalam bidang sistem penjaminan mutu internal. Saat ini, Unas telah masuk sebagai satu dari 288 universitas yang ada di wilayah III, yang memiliki SPMI terlengkap dan bahkan menjadi best practice dalam pemutakhiran dokumen SPMI di LLDikti wilayah III. Ditambah lagi, Unas juga berhasil meraih empat Bintang dalam penilaian rating internasional QS-Star World Class University.

Hal ini ditegaskan oleh Rektor Unas Dr. El Amry Bermawi Putera, M.A., pada Wisuda Periode II Tahun Akademik 2020/2021 yang disampaikan Sabtu (20/11). Disampaikan bahwa capaian-capaian tersebut merupakan bukti bahwa Unas berkomitmen dalam pencapaian visi misi menjadi universitas yang tidak hanya unggul di tingkat nasional tetapi juga terekognisi internasional.

“Ke depan, Universitas Nasional juga telah mulai mempersiapkan beberapa program studi untuk dapat memenuhi ke standar akreditasi internasional. Hal ini dilakukan sebagai tahapan kongkrit Universitas Nasional untuk mencapai rumusan visi misinya yaitu mencapai universitas yang unggul di tingkat nasional dan terekognisi internasional,” tutur El Amry.

Prosesi Wisuda Unas Periode II Tahun Akademik 2020/2021 dilaksanakan secara hybrid di Auditorium Unas Jakarta dan diikuti oleh wisudawan melalui platform Zoom dan Youtube. Pada wisuda kali ini, hanya menghadirkan 10 wisudawan terbaik serta orangtua sebagai perwakilan dari 1.018 wisudawan/ti.

Pada wisuda kali ini, juga diberikan pembekalan yang disampaikan melalui Orasi Ilmiah oleh Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Dudung Abdurachman, S.E., M.M. Dalam orasinya, Jenderal TNI Dudung Abdurachman mengangkat tema: “Membangun Daya Saing Bangsa Melalui Sistem Tata Kelola Sumber Daya Nasional dan Sistem Pertahanan Nasional”.

Disampaikan oleh KSAD, Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 telah menyatakan bahwa salah satu tujuan dibentuknya Pemerintahan Negara Indonesia adalah untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. Dalam mewujudkan tujuan bernegara tersebut, maka pertahanan negara merupakan faktor yang sangat hakiki dalam menjamin kelangsungan hidup suatu negara.

“Eksistensi sebuah negara sangat bergantung kepada kemampuan bangsa tersebut mempertahankan diri dari setiap ancaman baik dari luar maupun dari dalam negara itu sendiri,” tegas Jenderal Dudung.

Disampaikan pula, kebijakan pertahanan dan keamanan negara pasca perang dingin tidak lagi berfokus pada isu persaingan ideologis Blok Barat dan Timur. Akan tetapi arus demokratisasi dan interdependensi, serta isu lingkungan turut memegang peranan penting dalam mengubah pola interaksi antarnegara dimana semuanya terangkai dalam konstruksi globalisasi sebagai impuls utamanya.

“Perkembangan teknologi informasi, serta teknologi transportasi telah mempercepat arus informasi, arus finansial global, dan mobilitas manusia. Untuk itu, ia menghimbau khususnya bagi mahasiswa, dapat bijak dalam membaca dan menyimak media sosial serta bijaksana terhadap pengaruh-pengaruh secara langsung yang diberikan di lingkungan,” imbuhnya.

Saat ini, untuk mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatan negara, tidak hanya sebatas perang fisik dengan pengerahan kekuatan militer. Peperangan dirancang menggunakan berbagai cara dan taktik dalam menghancurkan lawan.

Keefektifan menjadi salah satu ukuran, sehingga negara harus pandai menata dan mengelola seluruh sumber daya nasional yang dimiliki untuk menjadi kekuatan yang potensial bagi kekuatan pertahanan sebuah negara.

“Ancaman tidak hanya dalam bentuk fisik, akan tetapi ancaman nonfisik seperti penanaman nilai-nilai kehidupan asing dapat menjadi alat penghancur entitas sebuah peradaban bangsa,” kata Jenderal Dudung.

Memang, lanjutnya, kemungkinan terjadinya perang konvesional menurun.Namun ancaman dalam konteks keamanan nasional justru meningkat khususnya ancaman nonmiliter. Salah satu ancaman paling nyata yang dihadapi oleh bangsa Indonesia saat ini adalah masalah kebangsaan. ●Red/Rls9

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *