
Khidmat Pada Kiai, Modal Santri untuk Membangun Negeri || Oleh KH Najihun S.THI. MM
TANGGAL 22 Oktober diperingati sebagai Hari Santri Nasional. Bagi santri hari bersejarah itu sangat penting. Bukan hanya karena kini santri diakui negara, melainkan juga ini menjadi momentum bagi santri untuk terus berkontribusi positif bagi negeri tercinta Indonesia.
Namun, untuk bisa berkontribusi pada suatu kemaslahan umat doa dari kiai sangat dibutuhkan. Santri bukanlah kacang yang lupa kulit, karena di balik keberhasilan muridnya ada doa kiai yang tidak pernah putus.
Itulah sebabnya, santri tidak bisa melepaskan diri dengan kiai. Bukan karena mereka ingin memperbudak diri melayani keinginan kiai. Kiai juga tidak minta dihormati apalagi dilayani. Melainkan hanya sebagai adab untuk menunjukkan rasa terima kasihnya telah membimbing santri siang dan malam.
Mungkin tidak semua orang sepakat dengan hal itu, tapi kita sebagai orang Timur sepakat dengan norma bahwasanya yang muda harus menghormati yang tua. Mereka yang merasa punya kelebihan rezeki dianjurkan untuk berbagi.
Begitu pun santri, mereka memberi kepada kiai biasanya akan disalurkan kembali oleh kiai. Tidak semua orang datang menemui kiai memberi uang, justru banyak juga yang datang kepada kiai meminta uang. Uang titipan Jemaah itulah yang biasanya disalurkan kembali.
Bahkan, kadang untuk menutup operasional pondok karena banyak di antara santri nunggak SPP dan tidak pernah ditegur apalagi dikeluarkan oleh kiai.
Itulah pokok dari ajaran Ta’lim Mutaalim agar santri menjaga niat yang baik dan ikhlas dalam menuntut ilmu, dengan menghormati guru dan ilmu yang diberikan, serta menjaga adab dan etika dalam berinteraksi dengan guru.
Tujuannya, adalah membangun karakter yang baik dan mulia melalui ilmu yang diperoleh, serta memahami bahwa ilmu dapat membentuk kepribadian yang baik. Menghindari perbuatan yang tidak baik dan tidak bermanfaat, serta memahami bahwa perbuatan yang baik akan membawa kebaikan pula.
Melalui momen hari santri ini, kita sebagai santri berharap bisa ikut membawa kebaikan yang berujung pada perbaikan negeri ini yaitu melalui, peran yang lebih besar di masyarakat yang dampaknya bisa dirasakan secara luas untuk negara sesuai konsep hubbul wathan minal iman atau cinta tanah air bagian dari iman.
Kerja-kerja nyata pemberdayaan masyarakat menunggu peran santri. Santri masa kini dituntut tidak hanya memahami agama dan mengajarkannya, melainkan juga mentransfer ilmu baik ekonomi maupun teknologi.
Santri adalah agen perubahan. Budaya mandiri di pesantren mengajarkan para santri mandiri pula secara ekonomi. Ide santri sebagai penggerak ekonomi tidak bisa dipandang remeh.
Terlebih, di negara yang mayoritas penduduknya Muslim. Education Management Information System (EMIS) Kementerian Agama tanggal 31 Desember 2024 menunjukan ada lebih dari 42 ribu pondok pesantren dengan 11 juta lebih santri yang terhimpun di dalamnya. Ini adalah modal yang besar untuk berkontribusi bagi negara yang besar pula.
Tak heran, kini banyak santri lahir sebagai pengusaha sukses. Punya banyak usaha dan bisa mencetak lapangan kerja. Keuntungan yang didapat dari usaha santri hanyalah sebagai multipelayer effect, namun hidup bermanfaat sesuai prinsip sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya adalah tujuan hidup santri.
Tentunya dengan diiringi doa kiai, santri siap berkiprah! untuk negeri. Selamat Hari Santri 2025. *****
●Penulis Alumni Ponpes Annida Bekasi dan Ketua Yayasan Al-Manshuriyah Kembangan Jakarta Barat