Alarm Bahaya Siber, Data Pribadi Pejabat Tinggi Menkeu Pubaya”Bocor” di Internet, Pegiat IT Bongkar Kelemahan Fatal
HARIAN PELITA — Isu keamanan data pribadi di Indonesia kembali menjadi sorotan tajam setelah seorang pegiat keamanan siber dan konten kreator MrBert merilis sebuah video investigasi yang mengejutkan publik.
Dalam video yang kini viral tersebut, MrBert mendemonstrasikan betapa mudahnya mengakses data pribadi super sensitif milik pejabat tinggi negara, Purbaya Yudhi Sadewa.
Video tersebut bukan sekadar peringatan, melainkan bukti nyata bahwa tembok pertahanan data siber di Indonesia sedang dalam kondisi kritis.
●Kebocoran Menyeluruh: Dari NIK hingga Lokasi Real-Time
Dalam pemaparannya, MrBert menunjukkan bahwa data yang bocor bukan sebatas Nomor Induk Kependudukan (NIK) atau alamat rumah, melainkan profil digital yang sangat komprehensif.
●Data yang terekspos mencakup:
▪︎Data Kependudukan: Foto KTP, NIK, Tanggal Lahir, hingga Dokumen Rahasia.
▪︎Data Keluarga Inti: Rincian Kartu Keluarga (KK) lengkap, termasuk nama istri, anak, hingga nama ibu kandung—sebuah komponen vital dalam keamanan verifikasi perbankan.
●Aset dan Pergerakan: Data kendaraan bermotor, lokasi Tempat Pemungutan Suara (TPS), hingga prediksi lokasi real-time berdasarkan sinyal ponsel.
* Kredensial Digital: Daftar password akun daring yang terekspos akibat praktik keamanan digital yang lemah.
“Teman-teman, kalian akan merinding lihat video ini. Ini bukan hack, ini bocor karena ada institusi yang tidak kompeten menjaga data kita,” ujar MrBert dengan nada tegas dalam video tersebut.
●Ancaman Nyata Bagi Warga Sipil
Purbaya Yudhi Sadewa, yang dalam video disebut memiliki posisi strategis, dijadikan studi kasus untuk menunjukkan skala bahaya yang mengintai. MrBert menekankan, jika seorang pejabat selevel beliau saja datanya bisa diakses dan dipetakan dengan mudah oleh pihak luar, maka rakyat biasa berada dalam posisi yang jauh lebih rentan.
“Bayangkan lokasi bapak bisa diakses kapan saja… Bayangkan kalau nama ibu, nama bapak diketahui. Seberapa berbayanya nasib kami warga negara Indonesia,” tambah MrBert, menyoroti potensi kejahatan fisik maupun digital yang bisa timbul dari kebocoran ini.
●Bukan Peretasan Tapi Kelalaian
Poin krusial yang diangkat dalam laporan video tersebut adalah sumber kebocoran. MrBert menegaskan bahwa akses data ini didapatkan bukan melalui teknik peretasan (hacking) tingkat tinggi ke perangkat korban, melainkan karena data tersebut “tersedia” akibat kebocoran dari pengelola data (institusi) yang gagal menerapkan protokol keamanan standar.
“Jika ada yang bohongi Pak Purbaya, jika data kita aman, jangan percaya,” tegasnya.
●Seruan Aksi Darurat
Di akhir videonya, MrBert menyampaikan pesan terbuka kepada Purbaya Yudhi Sadewa dan para pemangku kebijakan.
Ia mendesak agar temuan ini dijadikan momentum untuk melakukan perbaikan sistem keamanan data nasional secara radikal. Ia juga mengajak para peretas etis (white hat hacker) untuk bersuara demi menyelamatkan privasi warga negara.
Hingga berita ini diturunkan, video tersebut telah memicu gelombang kekhawatiran di media sosial, dengan banyak warganet menuntut respons cepat dari pemerintah terkait perlindungan data pribadi yang kian hari kian mengkhawatirkan.
●Apa yang Bisa Kita Lakukan Sekarang?
Karena kita tidak bisa mengontrol keamanan server institusi, kita harus memperkuat pertahanan di sisi kita sendiri (“Zero Trust”):
Ganti Password Berkala & Bedakan Tiap Akun: Jangan pernah pakai password yang sama. Gunakan Password Manager agar tidak pusing menghafal.
Wajib Aktifkan 2FA (Two-Factor Authentication): Aktifkan verifikasi 2 langkah di WhatsApp, Email, Instagram, dan Mobile Banking. Jangan gunakan SMS (karena bisa di-intercept), gunakanlah aplikasi authenticator (Google Authenticator/Authy) atau kunci fisik.
Cek Kebocoran Data: Secara berkala cek email kamu di situs seperti haveibeenpwned.com untuk melihat apakah email/password kamu pernah bocor di dark web.
Hati-hati Social Engineering: Karena data keluarga sudah bocor, jangan mudah percaya jika ada yang menelepon mengaku sebagai polisi/dokter yang menyebut nama lengkap anak atau orang tua kita. Verifikasi ulang selalu.
Kondisi ini memang darurat. Kita dipaksa menjadi satpam bagi data kita sendiri di tengah sistem yang belum sepenuhnya aman. Tetap waspada!
●Redaksi/Sumber Investigasi MrBert
