2025-08-03 20:08

Negara Masih Bungkam, Fotografer Sejarah Frans dan Alex Mendur Layak Diangkat Pahlawan

Share

HARIAN PELITA — Gegap gempita kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, dua sosok bersaudara berlari melawan waktu dan risiko demi satu hal: mengabadikan sejarah untuk anak cucu bangsa.

Mereka adalah Frans Mendur dan Alex Mendur, dua wartawan foto (fotografer) pemberani menjadi saksi mata sekaligus penjaga ingatan visual bangsa.

Tanpa tembakan, tanpa pidato, tanpa seragam militer, Frans dan Alex berjuang melalui lensa kamera.

Saat Jepang masih melarang peliputan politik dan tentara pendudukan masih berkeliaran, Frans nekat mengangkat kameranya dan menjepret momen ketika Ir Soekarno membacakan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia.

Foto-foto itu kini menjadi satu-satunya bukti visual resmi detik-detik proklamasi.

Tanpa keberanian Frans dan Alex, dunia hanya bisa membayangkan momen bersejarah itu. Tak ada arsip, tak ada gambar, hanya kata-kata. Tapi berkat keduanya, sejarah kini punya wajah.

Sayangnya, nama mereka belum diabadikan secara layak oleh negara yang mereka perjuangkan lewat kamera.

Hingga hari ini, Frans dan Alex Mendur belum menyandang gelar Pahlawan Nasional, meskipun jasa mereka tak ternilai dan abadi dalam setiap buku sejarah, setiap museum kemerdekaan, dan setiap ingatan anak bangsa.

“Apalah arti sebuah proklamasi, jika tak bisa diwariskan? Dan apa artinya warisan jika tak ada yang menyelamatkannya?,” kata Ketua Umum Forum Pemred Media Siber Indonesia Dar Edi Yoga didampingi Sekjen Penerus Bonar Karo-Karo, Minggu (3/8/2025).

Ditegaskannya, tanpa keberanian mereka, bangsa ini tak akan punya wajah bagi hari kemerdekaannya. Foto-foto itu adalah warisan visual paling berharga, tapi ironisnya, para pewarisnya belum diakui secara sah oleh negara sebagai pahlawan.

Diusulkan pahlawan
Penerus Bonar Karo-Karo menambahkan, Forum Pemimpin Redaksi Media Siber Indonesia akan menginisiasi pembentukan Komite Pengusulan Gelar Pahlawan Nasional Frans dan Alex Mendur, serta melakukan konsolidasi bersama organisasi pers, sejarawan dan masyarakat sipil.

“Kami tidak akan membiarkan sejarah dicatat tanpa keadilan. Sudah saatnya negara menghargai jasa para jurnalis yang turut berjuang dengan cara mereka sendiri,” ujar Bonar.

Menurut Bonar, saatnya bangsa ini menengok ke belakang, bukan untuk bernostalgia, tapi untuk menegakkan keadilan sejarah. Mereka bukan hanya wartawan. Mereka adalah pejuang sunyi yang memilih kamera sebagai senjata dan memori bangsa sebagai medan tempur.

Kini, saat kita merayakan ulang tahun kemerdekaan ke-80, pantaskah kita terus membiarkan Frans dan Alex Mendur hanya dikenang dalam bisik sejarah?

“Sudah saatnya negara mengangkat mereka sebagai Pahlawan Nasional karena tanpa mereka, kita tak bisa melihat Indonesia lahir,” pungkas Bonar. ●Redaksi/Hp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *