
Sedikit Bicara || Oleh Nazar Husain
SAAT ini manusia sedikit bicara, banyak pegang handphone. Suara dari mulut makin berkurang, justru malah memperbanyak menulis status dan chat ketimbang berkomunikasi lewat suara.
Bahkan sekarang ini daya berbicara manusia semakin sedikit dan pelit, yang diperbanyak justru memegang handphone (smartphone) yang diutamakan.
Terkadang kita mengajak berbicara agar berkomunikasi lancar, malah mereka melirik dan melihat handphone.
Saya tidak tahu, apakah dengan berbicara tatap muka mereka merasa rugi, dan kalau mereka memegang handphone merasa diuntungkan? Ah lieur!.
Suatu waktu saya bertemu kawan lama, harapannya bila nanti bertemu pasti banyak informasi menarik yang akan dia ceritakan. Pasti panjang ceritanya!,
Ternyata pertemuan itu menjadi mubasir, karena dia malah tidak berbicara banyak sebagaimana yang saya harapkan. Teman saya banyak memainkan handphone ketimbang berbicara banyak. hahaha.
Begitu juga yang terjadi saat ini, dimana Presiden Joko Widodo marah kepada menterinya karena katanya tidak ada komunikasi. Padahal yang dia harapkan berkomunikasi langsung bila ada kebijakan yang akan dikeluarkan.
Apakah menteri-menteri Presiden Jokowi sudah pelit berbicara? Sehingga salah komunikasi terjadi?
Atau apakah menteri-menteri sudah menganut paham; sedikit bicara, banyak bikin pernyataan di media sosial? Ah ngeri!.
Saat ini tidak ada kegaduhan datang dari mulut berbicara, tapi datang ketika membuat pernyataan di media sosial. Pasti gaduh, pasti ricuh.
Kemarahan Presiden Jokowi terhadap menterinya kemungkinan besar bisa ditebak, yakni mereka pelit berbicara karena hanya fokus ke handphone untuk menulis pernyataan.
Sedikit berbicara banyak pegang handphone pun sudah menjalar ke rumah kita. Pertemuan anak dan orangtua pun suasana senyap tanpa bicara karena masing-masing fokus di handphone. ah gila!
Paling tidak “Sediki bicara banyak bekerja” kayaknya tidak berlaku lagi. Yang berlaku saat ini “Sedikit bicara, banyak berkomentar” di media sosial!. **** ●Jakarta 10 Maret 2022