2023-07-04 23:12

Kalaulah Sempat

Share

KETIKA BJ Habibie berpidato di Kairo, beliau berpesan “Saya diberikan kenikmatan oleh Allah ilmu technology sehingga saya bisa membuat pesawat terbang, tapi sekarang saya tahu bahwa ilmu agama itu lebih manfaat untuk umat Islam. Kalo saya disuruh memilih antara keduanya maka saya akan memilih ilmu Agama”.

Seorang laki-laki tua duduk di teras rumahnya, rumah yang besar, mewah dan megah. Namun sepi penghuni, istri sudah meninggal

Tangan menggigil karena lemah, penyakit menggerogoti sejak lama, duduk tak enak, berjalan pun tak nyaman, untunglah seorang kerabat jauh mau tinggal bersama menemani beserta seorang pembantu.

Tiga anak, semuanya sukses. Berpendidikan tinggi sampai ke luar negeri, ada yang sekarang berkarir di luar negeri. Ada yang bekerja di perusahaan asing dengan posisi tinggi dan ada pula yang jadi pengusaha Soal Ekonomi, saya angkat dua jempol semuanya kaya raya.

Namun, saat tua seperti ini dia ‘Merasa Hampa’, ada ‘Pilu Mendesak’ disudut hatinya.

Tidur tak nyaman, dia berjalan memandangi foto-foto masa lalunya ketika masih perkasa dan enegik yang penuh kenangan foto laki-laki gagah dengan keluarganya berlatar belakang Great Wall, Eiffel Tower, Big Ben, Sydney Opera House dan berbagai belahan bumi lainnya yang telah dijelajahinya.

Diabadikan dengan foto dibingkai bagus yang tak mampu lagi dilihat karena ‘Pandangannya Sudah Mengabur’.

Di rumahnya yang besar dia merasa kesepian, tiada suara anak, cucu, hanya detak jam dinding yang berbunyi teratur
Punggungnya terasa sakit, sesekali air liurnya keluar dari mulutnya. Dari sudut mata ada air yang menetes. Rindu dikunjungi anak-anaknya. Tapi semua anaknya sibuk dan tinggal jauh di kota atau negara lain

Ingin pergi ke tempat ibadah namun badan tak mampu berjalan. Sudah terlanjur melemah, begitu lama waktu ini bergerak, tatapannya hampa, jiwanya kosong, hanya gelisah yang menyeruak. Sepanjang waktu

Laki-laki renta itu, barangkali adalah Saya atau barangkali adalah Anda yang membaca tulisan ini suatu saat nanti. Hanya menunggu sesuatu yang tak pasti yang pasti hanyalah KEMATIAN. Rumah besar tak mampu lagi menyenangkan hatinya

Anak sukses tak mampu lagi menyejukkan rumah mewahnya yang berAC. Cucu-cucu yang hanya seperti orang asing bila datang
Aset-aset produktif yang terus menghasilkan, entah untuk siapa?
Kira-kira jika malaikat ‘Datang Menjemput’, akan seperti apakah kematiannya nanti
Siapa yang akan memandikan ? Dimana akan dikuburkan?

Sempatkah anak kesayangan dan menjadi kebanggaannya datang mengurus jenazah dan menguburkan?
Apa amal yang akan dibawa ke akhirat nanti.

Rumah akan di tinggal, aset juga akan di tinggal pula. Anak-anak entah apakah akan ingat berdoa untuk kita atau tidak.

Sedang ibadah mereka sendiri saja belum tentu dikerjakan. Apa lagi jika dulu anak tak sempat dididik sesuai tuntunan agama.

Ilmu agama hanya sebagai sisipan saja.
‘Kalaulah Sempat’ menyumbang yang cukup berarti di tempat ibadah, Rumah Yatim, Panti Asuhan atau ke tempat-tempat di Jalan Allah yang lainnya.

‘Kalaulah Sempat’ dahulu membeli sayur dan melebihkan uang pada nenek tua yang selalu datang

‘Kalaulah Sempat’ memberikan sandal untuk disumbangkan ke tempat ibadah agar dipakai oleh orang yg memerlukan.
‘Kalau lah Sempat’ membelikan buah buat tetangga, kenalan, kerabat dan handai taulan.

Kalau lah kita tidak kikir kepada sesama, mungkin itu semua akan menjadi ‘Amal Penolongnya. Kalaulah dahulu anak disiapkan menjadi ‘Orang yang Shaleh’, dan ‘Ilmu Agamanya lebih diutamakan

Ibadah dan sedekahnya dibimbing, diajarkan dan diperhatikan, maka mungkin senantiasa akan ‘Terbangun Malam’, ‘Meneteskan Air Mata’ mendoakan orang tuanya.

Kalaulah sempat membagi ilmu dengan ikhlas pada orang sehingga bermanfaat bagi sesama

Kalaulah sempat

Mengapa kalau sempat? Mengapa itu semua tidak jadi perhatian utama kita? Sungguh kita tidak adil pada diri sendiri. Kenapa kita tidak lebih serius ‘Menyiapkan Bekal’ untuk menghadap-Nya dan ‘Mempertanggung Jawabkan’ kepadaNya?

Semoga tulisan kecil Ini menjadi nasihat bagi kita semua khususnya bagi yang sudah berstatus “SIMATUPANG” (Siang Malam hanya Tunggu Panggilan) Dekatkan diri kepada-Nya sejak usia muda, bersungguhlah mempersiapkan diri menghadapi kematian, dan kehidupan akhirat yang kekal abadi

Jangan terbuai dengan ‘Kehidupan Dunia’ yang bisa melalaikan. Kita boleh saja giat berusaha didunia, tapi jadikan itu untuk bekal kita pada perjalanan panjang dan kekal di akhir hidup kita.

Teruslah menjadi Pejuang Dakwah dan menabur Kebajikan selama hayat masih dikandung badan meski hanya dengan sepotong Ayat Al-Quran atau Hadist.

Semoga Bermanfaat.

Source: Buku BJ. Habibie

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *