
Indonesia Harus Waspada Pandemi Obesitas
HARIAN PELITA — Diprediksi 10 tahun ke depan, satu dari dua orang dewasa di dunia akan mengalami obesitas. Ironisnya yang terjadi di Indonesia banyak orangtua mengalami kegemukan sementara di antara anaknya mengalami stunting.
Untuk itu perlu adanya perhatian terhadap obesitas dan stunting guna menghasilkan masyarakat yang sehat.
“Sejak tahun 2007 kasus obesitas terus bertambah lebih dari 100 persen. Artinya masyarakat harus waspada bahwa saat ini sudah terjadi pandemi obesitas, jelas Guru Besar Ilmu Gizi Masyarakat IPB University, Prof Dr Ir Hadi Riyadi, M.S. kepada peserta Webinar yang bertema ‘Obesitas dan Cara Mengatasinya’ yang diselanggarakan Fakultas Ekologi Manusia – IPB University beberapa waktu lalu.
Bila tidak ada kesadaran dari masyarakat untuk mengatasi persoalan dalam seleksi pangan bergizi serta konsumsi tak terkendali, maka masyarakat Indonesia adalah bagian dari dua milliar warga dunia dengan kasus obesitas.
Karenanya Prof Hadi Riyadi menghimbau perhatian dari peserta yang sebagian berasal dari Sapa Agrianita Fema, Dharma Wanita Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), serta para ibu Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) untuk terus melakukan sosialisasi akan bahaya obesitas.
Adapun dampak dari obesitas kepada tubuh manusia diantaranya kesehatan mental, kesehatan jantung, sistem cardiovascular, sistem repoduksi, sistem imunitas.
Jika dibiarkan akan mengganggu aktivitas hidup sehingga berdampak kepada produktivitas, demikian yang dijelaskan Prof Hadi Riyadi yang juga merupakan Guru Besar Gizi Masyarakat.
Pakar gizi sekaligus konsultan olahraga dan kesehatan itu menyatakan obesitas atau kegemukan tidak selalu terjadi pada kalangan keluarga mampu atau berada. Pada sejumlah riset yang dilakukannya di Jawa Barat, beberapa kasus obesitas justru ditemukan pada keluarga yang pendapatannya di bawah Upah Minimum Regional (UMR) atau keluarga tidak mampu.
Karena hal ini terkait dengan pola makan yang tidak teratur dan tidak melihatnya kandungan dari makanan yang dikomsumsi.
‘Solusinya selain mengkomsumsi pangan sehat bergizi yaitu berolah raga dengan teratur dan jangan berlebihan. Semua dilakukan secara bertahap, kalau ada yang bisa kurangi lemak empat kilo dalam seminggu maka itu harus hati-hati karena yang terkuras adalah air bukan lemak” jelas prof Hadi Riyadi. Maka untuk mengurangi 1 pon (0,454 kg) berat badan harus membuat deficit 2700-3500 kkal.
Sehingga untuk menurunkan 1 pon BB dalam satu minggu (7 hari) harus melakukan pengurangan energy sebanyak 400-500 kkal per hari.
Dalam kegiatan yang dihadiri Dekan Fakultas Ekologi Manusia (FEMA) IPB University, Prof Dr Ir Ujang Sumarwan M.Sc. juga menyampaikan pentingnya partisipasi organisasi kemasyarakatan seperti Dharma Wanita, PKK dan sebagainya untuk memberikan penyadaran kepada masyarakat untuk menghindari obesitas maupun stunting.
Permasalahan kelebihan berat badan dan sebaliknya kekurangan gizi, pastinya tidak harus ditangani Pemerintah sendiri saja tapi juga perlu gerakan hidup sehat dari masyarakatnya. ●Red/Metha