
Palang Pintu GJC Meriahkan MPLS di PAUD Taman Embun
HARIAN PELITA — Ada yang unik dalam Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) di PAUD Taman Embun Durikosambi, Jakarta Barat.
Pada kegiatan MPLS hari ke-6 murid dikenalkan ikon Jakarta berupa miniatur Monas tiga dimensi dan ondel-ondel asli yang biasa digunakan untuk pertunjukan.
Sedangan di hari ke-7 MPLS murid dikenalkan juga makanan dan minuman khas Betawi, termasuk atraksi Palang Pintu yang dimainkan oleh para pegiat budaya dari Gabungan Jawara Cengkareng (GJC) pimpinan Muhamad (Baron).

Kepala PAUD Taman Embun Elis Jazilah mengatakan, kegiatan ini merupakan implementasi Kurikulum Merdeka Belajar. Melalui kegiatan pengenalan Ikon Jakarta ini diharapkan anak dapat memahami identitas dirinya sebagai warga Jakarta, dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan, aturan dan norma yang berlaku serta tumbuh rasa cinta dan bangganya pada budayanya sendiri.
Pada kegiatan MPLS hari ke-7 yaitu kegiatan pengenalan makanan dan minuman tradisional Jakarta, Elis bekerja sama dengan komite sekolah yang membantu menyajikan makanan dan minuman tradisional.
Kue yang disajikan seperti cucur, kue pisang, dongkal, kue cincin, putu ayu, dan selendang mayang menggunakan bahan dasar tepung beras berprotein tinggi yang aman bagi kesehatan dan tumbuh kembang anak. Minuman bir pletok yang disajikan juga disukai anak-anak dan mengandung bahan alami yang membuat perut dan tenggorokan hangat.

Diharapkan anak-anak termotivasi untuk menghindari jajanan yang mengandung pemanis buatan yang berbahaya untuk kesehatan.
Menurutnya, sekolah adalah salah satu lingkungan sosial (miniatur masyarakat) yang di dalamnya terdapat kepala sekolah, guru dan siswa sebagai warga sekolah.
Di lingkungan sekolah anak distimulasi untuk dapat mengenal dan memiliki perilaku positif terhadap identitas dan perannya sebagai bagian dari warga sekolah sehingga dapat menyesuaikan diri dengan aturan dan norma yang berlaku, kemampuan ini merupakan capaian pembelajaran PAUD dalam kurikulum merdeka untuk aspek jati diri.
“Dalam atraksi Palang Pintu terdapat nilai sportivitas, berani dan tangguh. Dalam tradisi Palang Pintu lawan yang sudah jatuh tidak boleh dipukul lagi. Nilai seninya juga tinggi karena sebelum dimulai gerakan silat, diawali dengan adu pantun terlebih dahulu. Rima dalam pantun menstimulasi aspek literasi, kemampuan anak dalam mengikuti rangkaian acara palang pintu dapat menstimulasi kematangan emosi dan sosial,” ucap Elis.
Elis yang telah tersertifikasi sebagai pendidik PAUD sejak 2012 itu sangat konsen dengan pendidikan karakter dan tumbuh kembang anak usia dini, sehingga setiap kegiatan yang dilaksanakan selalu mempertimbangkan aspek kesehatan, nilai moral dan agama.
“Dengan mengenal budaya anak akan menghargai karya bangsa, sehingga ketika dewasa tumbuh jadi sosok yang percaya diri dan tidak mudah terpengaruh oleh budaya luar yang tidak sesuai dengan jati diri bangsa,” ujar Elis yang pernah menjuarai Lomba Guru Berprestasi se-Kecamatan Sukmajaya Depok 2012.
Sementara itu Muhamamad biasa dipanggil Baron mengakui, jika GJC siap berkolaborasi dengan berbagai pihak dalam memajukan budaya Betawi, termasuk juga bekerja sama dengan lembaga pendidikan.
Dalam memajukan budaya Betawi, kata Baron, pihaknya telah membina 50 sanggar silat yang di dalamnya para anggota biasa juga menerima panggilan untuk jadi Palang Pintu di acara nikahan, sunatan, maupun menyambut pejabat pemerintahan.
“Kami siap berkontribusi memajukan budaya Betawi sekaligus mengharumkan nama Cengkareng sebagai tempat tinggal kami. Kita harus solid sesama anggota. Kalau bukan kita yang berperan menjaga kebudayaan, siapa lagi,” tegas Baron. ●Redaksi/DNH