2024-05-03 6:18

HNW: Santri Bagian dari Generasi Muda Harus Perkuat Nilai Etika Selamatkan Bonus Demografi, Sambut Indonesia Emas 

Share

HARIAN PELITA — Ribuan santri Pesantren Terpadu Darul Qur’an Mulia (DQ), pada 16 Februari 2024, memenuhi kursi di bawah tenda berwarna biru-putih.

Kehadiran para santri di tenda di lapangan terbuka itu untuk mengikuti acara pembukaan Wonderkind X Festival.
 
Acara digelar secara rutin di pondok pesantren yang berada di Gunung Sindur, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, itu merupakan kegiatan pentas seni dan budaya serta digelar bazaar yang menjajakan berbagai macam makanan dan minuman.
 
Dalam Wonderkind X Festival, suasana pembukaan yang ada bertambah meriah dan khidmat sebab Wakil Ketua MPR Dr H Muhammad Hidayat Nur Wahid LC., MA (HNW) berada di antara ratusan santri.
 
Kehadiran Politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) di pesantren yang santrinya berasal dari berbagai daerah itu langsung disambut oleh Pembina Yayasan DQ, KH Abdul Hasib Hasan Lc; Ketua Umum Yayasan DQ, Ustazah Aisyah Abdul Hasib, dan Donatur DQ, Prof Dr Endang Dwi Amperawati dll.


 Kepada wartawan. HNW mengapresiasi Wonderkind X Festival. “Di tengah berbagai tantangan kemajuan jaman, santri tetap bisa menyelenggarakan kegiatan yang sangat future dimension”, ujarnya.

Acara itu disebut suatu bukti santri DQ siap memyambut dan berkontribusi dalam era yang disebut Bonus Demografi atau Indonesia Emas 2045.
 
Menurut pria yang menjadi Ketua Badan Wakaf Pondok Modern Darussalam Gontor itu Wonderkind X Festival amat dipentingkan, didukung, disemangati.

“Mudah-mudahan Wonderkind X Festival menjadi trend dan diikuti oleh seluruh pesantren lainnya”, harapnya.
 
Dinamika yang positif dari para santri itulah yang menurut HNW membuat pesantren semakin banyak diminati oleh para orangtua untuk memasukan anaknya ke pesantren.

Diungkap jumlah pesantren di tanah air lebih dari 25 ribu Pesantren baik yang tradisional maupun modern. Di berbagai kota dan desa, lembaga pendidikan khas Indonesia itu ada. “Di pesantren saat ini berbagai bidang ilmu diberikan”, ujar santri Gontor tahun 1970-an itu.
 
Pria alumni Universitas Madinah, Arab Saudi, itu mengatakan sistem pendidikan pesantren memiliki kekhasan. Nilai-nilai etika dan moral ditekankan.

“Etika amat sangat dipentingkan di pendidikan pesantren”, paparnya.

Bahkan di kalangan pesantren diajarkan bahwa ethika merupakan azas daripada keberadaan bangsa dan negara.

Ada ungkapan yang popular di sana, kalau masih ada etika maka bangsa dan negara masih ada namun kalau etika hilang maka bangsa dan negara ini akan hilang pula.
 
Lebih lanjut dikatakan, etika yang diajarkan di pesantren tidak hanya bagaimana diamalkan dalam keseharian oleh para santri namun santri juga harus memberikan contoh sekaligus mengajarkan nilai dan amalan etika kepada masyarakat terutama generasi muda, generasi millenial.

HNW menekankan pentingnya pengulangan peran generasi muda. Diungkap di tahun 1924, kali pertama kata Indonesia muncul. Kata Indonesia dimunculkan oleh para pemuda pelajar Indonesia yang menempuh pendidikan di Belanda. Pada masa itu para pelajar Indonesia yang kuliah di Belanda dan negara-negara di Timur Tengah memiliki visi dan etika yang sangat bagus. “Baik etika pribadi maupun etika dalam pergaulan kehidupan berbangsa dan bernegara”, paparnya. •Redaksi/Rls

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *