Posisi Golkar Terancam Gerindra
HARIAN PELITA — Luas diketahui bahwa Gerindra bersama Golkar bergandengan tangan sewaktu Pemilu presiden 2024. Mereka bersepakat mendukung Prabowo Subianto maju sebagai presiden dengan tekad bulat: Harus menang!
Namun pada ranah legislatif, kedua partai ini bersaing ketat. Alasannya, sebagai ketua umum Gerindra, mereka meyakini popularitas Prabowo sebagai mesin besar, mampu menguasai pertarungan di wilayah legislatif.
Akan tetapi nampaknya ada sasaran lain dari kubu Gerindra, yaitu harus bisa mengalahkan juara bertahan, PDI Perjuangan. Tapi kenyataannya, harapan itu tidak tercapai. Karena harapannya ada pada efek ekor jas Prabowo terhadap Gerindra, tapi ternyata hal itu tidak muncul.
Akibatnya, Gerindra bukan hanya gagal menggeser PDI Perjuangan. Sebaliknya, dalam lingkaran Koalisi Indonesia Maju pun, mereka tertinggal oleh Golkar.
Namun hal ini malah membuat hubungan antara Gerindra dengan Golkar terlihat “aneh”.
Pada satu sisi, mereka memiliki komitmen untuk terus menjaga koalisi. Pada sisi lain, mereka sebenarnya bersaingan ketat dan keras di wilayah pemilihan kepala daerah. Hubungan yang “aneh” tersebut menjelang pemilihan Pilkada 2024 terlihat semakin nyata.
Banyak contoh soal yang dapat dikemukakan. Sebutlah Sumatera Utara misalnya. Gubernur Eddy Rahmayadi sebagai petahana, sebelumnya didukung penuh oleh Gerindra. Sementara, pada awalnya Partai Golkar memberi surat penugasan pada ketua DPD 1 Golkar, yakni Musa Rajekshah, juga ada kepada walikota Medan, Bobby Nasution, sebagai calon Gubernur Sumut.
Beredar informasi Bobby Nasution akan “diGolkarkan” guna mengukuhkan dukungan.
Diketahui pada waktu terjadi pertemuan internal DPP Golkar dengan para bacalon kepala daerahnya awal April 2024, Bobby juga terlihat hadir. Akan tetapi, yang terjadi, tanpa tedeng aling-aling direbut dari tangan Golkar.
Golkar sebenarnya punya kader yang cukup populer di Sumatera Utara, yaitu ketua DPD 1 Golkar dan mantan wakil gubernur Sumut, Musa Rajekshah. Tokoh ini memiliki potensi untuk melawan Eddy Rahmayadi maupun Bobby. Nampaknya Golkar lebih memilih jalan yang aman: mereka tetap mengusung Bobby sebagai calon gubernur, walaupun tidak berstatus sebagai kader Golkar.
Sepertinya ada target bahwa Golkar: ingin terlihat bersikap legawa. Makanya kolaborasi bersama Gerindra dilanjutkan di Sumut.
Demikian juga di Jawa Barat, Golkar memiliki banyak kader yang populer dan amat potensial untuk menang, misalnya Ridwan Kamil. Pada mulanya Golkar sangat percaya diri.
Bersikukuh mendukung kadernya tersebut. Namun, dikalangan petinggi Golkar, saat ini mereka terlihat sangat bersemangat mau mendukung kader Gerindra di Jawa Barat, yaitu Dedi Mulyadi.
Ridwan Kamil sekarang disiapkan bertarung di pilkada DKI Jakarta. Padahal, di Jakarta, Ridwan Kamil tidak sepopuler di Jawa Barat. Apalagi, DKI Jakarta memilih tokoh yang sangat top, terutama Anies Baswedan. Ada skenario Ridwan sengaja didorong di Jakarta untuk mengalahkan Anies.
Dipertanyakan, apa pentingnya mengalahkan Anies dengan meninggalkan Jawa Barat yang hampir di tangan. Siapa yang berkepentingan? Mau tidak mau telunjuk diarahkan kepada Prabowo dan Gibran, pasangan presiden terpilih 2024. ●Tim Redaksi