2025-05-28 8:03

Naik-naik ke Gunung Tinggi-tinggi Sekali || Oleh Nazar Husain

Share

BILA mendengar lagu “Naik-naik ke Gunung Tinggi-tinggi Sekali”, saya membayangkan betapa lelahnya menerobos hutan belantara menyusuri tanjakan berliku. “Jauh-jauh Sekali”.

Kita tidak tahu kapan sampai diatas gunung dengan mengibarkan bendera kemenangan hingga sampai ketujuan. Pasti rasa lega menghirup udara bebas tiada tara.

Membayangkan era saat ini, kita tak pernah sampai ke gunung tinggi, sejak Indonesia meraih kemerdekaannya. Kita masih berkutat dengan perjuangan yang melelahkan, istilahnya masih mendaki dengan napas ngos-ngosan. Mendaki setengah hati, meskipun semangat menggebu-gebu.

Kehidupan rakyat tak pernah berubah. Tak pernah sejahtera, tak pernah berjaya sebagai pemilik tanah nusantara. Malah tinggi gunungnya tak bisa diraih, meskipun banyak orang yang berteriak “semua buat rakyat, tanah ini milik kita bersama”. “Ayo maju bersama, bersama kita maju”, eh malah yang maju bukan untuk rakyat, malah untuk kelompoknya.

Apalagi era saat ini, rakyat makin bingung kenapa nasib rakyat Indonesia tak pernah sejahtera? malah makin mundur, makin terlempar ke jurang sisi gunung yang jauh dan tinggi-tinggi sekali.

Membayangkan kembali cita-cita untuk meraih kesejahteraan rakyat, sepertinya kita makin sesak napas. Makin susah, makin sulit. Pertanyaannya; masa kita begini-begini terus, tanpa kejelasan kesejahteraan bagi rakyat.

Persoalan sejak era Soekarno, Soeharto dan seterusnya; rakyat paling bawah makin berkutat dengan kesulitan kebutuhan hidupnya. Makin terombang-ambing oleh ketidakpastian kehidupan menuju sejahtera. Hanya mimpi kale yeee!!!.

Sesak napas terasa menyeruak ke rongga dada melihat kenyataan hidup di tanah subur nusantara ini. Hidup rakyat bagai pasrah tanpa bisa berbuat apa-apa. Rakyat hanya dibuat “pengikut” dan “penggembira” saja, dan seolah berkata; Terserah bos saja, Kita mah ngikut aja!.

Tak bisa dipungkiri, napas rakyat makin sesak ketika semua kebutuhan pokok rakyat melambung tinggi-tinggi sekali. Tanpa ada aksi menekan harga biar rakyat hidup nyaman.

Paling tidak membela rakyat agar kehidupannya terasa enteng, tanpa beban. Biar naik-naik ke gunung tak begitu sulit dijangkau! Itu saja. ****
Jakarta 7 Maret 2022

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *