
Perselingkuhan, Buah Wanita Berkecenderungan “Senang” Menyakiti Kaumnya Sendiri || Oleh Sugeng Baryadi
SETIAP insan, tentu ingin memiliki pasangan dengan ikatan cinta abadi hingga maut memisahkan. Namun bagi wanita berkencenderungan, bahtera ikatan cinta itu rela dihempas prahara yang menguji kesetiaan.
Sepertinya, hampir semua wanita mengatakan bahwa perselingkuhan terjadi akibat ulah Pria si “Hidung Belang”. Meski janggal, kata-kata itu tak jarang membuat pria kesal setengah mati. Padahal wanita tercipta dari tulang rusuk pria.
Ingatlah hai wanita, berhati-hatilah pada apa yang akan Anda katakan, karena penyebab terjadinya perselingkuhan itu ‘sangat’ bisa berasal dari kaum mu sendiri. Karena Anda menginginkan seseorang yang Anda cintai meski sudah menjadi milik orang lain. Merasa demikian, bukan? Berikut ‘olahan’ kecenderungan wanita yang senang menyakiti kaumnya sendiri.
Survey membuktikan, pada perhelatan acara pernikahan yang sempat viral di media sosial beberapa waktu lalu menunjukan, ada seorang wanita berstatus mantan yang tega memeluk pengantin pria didadapan pengantin wanita. Padahal, mereka sudah tak memiliki ikatan apa-apa, apa lagi cinta.
Melihat adegan didepannya, sang pengantin wanita pun menagis sambil memunggungi ‘adegan pelukan’ mesra yang katanya ‘PELUKAN TERAKHIR’. Bukankah itu kisah yang cukup mengharu biru.
Sebagai pria bijak, tentu tak ingin menyakiti wanita si pemeluk terakhir itu tanpa mau menyakiti mempelai wanita yang bersamanya di kursi pelaminan. Sehingga pelukan terakhir itu terlaksana meski dan tanpa harus atau tak perlu diketahui wanita si pemilik kursi pelaminan itu.
Konon, ketika wanita merasa sudah sangat terhubung atau mengagumi pria lain yang sudah beristri, wanita berkecenderungan itu pun akan menatap dengan sebelah mata. Bahkan tak jarang, wanita berkecenderungan kerap membanding-bandingkan pria miliknya dengan pria lain. Entah karena keegoannya, hasratnya atau libidonya. Sehingga wanita itu tak enggan melukai egonya sebagai wanita dan tega melakukan kelukaan pada kaumnya sendiri dan berpikir bahwa itu bukanlah masalah besar.
Apakah ini hanya sebuah alasan klise? Ayo, pecahkan saja gelasnya biar ramai, biar mengaduh sampai gaduh. Mari kita tanyakan saja pada rumput yang bergoyang.
Katanya, hati tak pernah salah. Namun, ketika hati merasa pasangan bukanlah pasangan yang tepat, maka hati pun mulai memprediksi. Dia bisa saja berubah-ubah sewaktu-waktu. Bahkan, detik pun bisa merubah haluannya. Saat ini bilang yakin, nanti, atau esok hari juga belum tentu. Jiwa “bertualang” merasa tertantang untuk kembali mencari pasangan lain yang ‘merasa’ lebih cocok.
Padahal, sebuah hubungan tak harus melihat dari sosok ideal dari pasangan. Tapi berada pada kunci rasa saling percaya dan saling menerima kelebihan dan memperbaiki kekurangan dari keduanya.
Berangkat dari kisah nyata negeri antah berantah. Sebut saja Emiar, wanita paruh baya beranak tiga ini selalu ‘merengek’ pada Cak Gur untuk minta perhatian lebih lantaran sang suami berada ditengah laut dan akan bersandar dibeberapa bulan kemudian. Dan peristiwa itu,… terjadi secara berulang. Padahal, Emiar tahu Cak Gur sudah berbuntut empat dengan Suri, istri tersayangnya.
Tak ingin mengecewakan, Cak Gur pun memboyong Emiar ke istana kacanya. “Haloo Kak, aku Emiar, sahabat Cak Gur,” tutur Emiar menjabat tangan Suri, seraya mengenalkan diri.
Dari kejauhan, Cak Gur pun mengamati obrolan seru dua bidadari yang saling berbagi kisah dan pengalaman serunya. Kisah biru-merah Emiar dan Suri nan akrab itu berjalan hingga bulan purnama tenggelam diperaduannya.
Mungkin bagi Emiar, satu alasan ingin berbagi dan mendua lantaran karena kesepian. Mungkin, tak sedikit Emiar-Emiar lain yang sering mengeluh kesepian, kurang perhatian, dan kasih sayang ketika peraduannya terlalu sibuk bekerja dengan karirnya. Padahal, kesibukan ‘mantan pacar‘nya itu demi dia dan sibuah hati. Mungkin inilah yang tak jarang membuat Emiar kepikiran untuk mencari perhatian serta kasih sayang dari Cak Gur, si pria bijak berkepala plontos.
Mengutip dari tulisan seorang antropolog dari Rutgers University, Dr. Helen E. Fisher pada WebMD. Fisher mengatakan bahwa wanita bisa memiliki ikatan batin yang kuat dengan suaminya namun juga lebih mungkin berselingkuh karena kesepian.
Emiar dan Cak Gur pun menembus batas-batas tertentu. Memiliki perasaan berlebih dan saling mempunyai pikiran spesial diantara keduanya meski memarginalkan perasaan orang lain di luar hubungan mereka berdua.
Sebenarnya, tak sulit menganalisis perasaan wanita yang mengedepankan egonya. Merasa ingin penuh dikasihi, disayangi, dicukupi kehidupannya, mereka saling merasa sebagai wanita yang layak untuk dipilih. Mereka lupa, ada mahluk sesama yang juga perlu dijaga hatinya.
Maka, berhati-hatilah dengan hati. Karena hati mudah layu. Jangan bermain dengan hati, karena hati tidak main-main.
Hai wanita berkencenderungan, berhentilah menyakiti hati sesama kaummu, jika memang benar kamu tak ingin berada dilayar kaca yang sama. ●Penulis Redaktur Pelaksana