2025-06-02 0:10

Prioritaskan Masyarakat Berpendapatan Rendah || Oleh Isfendi Zulkarnaen

Share

MASYARAKAT hingga kini semakin merasakan beratnya beban kehidupan sehari-hari. Pasalnya, Pemerintah belum dapat mengatasi kenaikan harga kebutuhan pokok.

Harga-harga komoditas dan bahan pokok mengalami peningkatan sejak beberapa waktu lalu, sehingga memperbesar risiko tekanan inflasi. Peningkatan harga tersebut sudah terjadi sejak akhir tahun lalu sampai hari ini.

Lonjakan harga tersebut bisa menjadi salah satu elemen yang membuat kepuasan masyarakat terhadap kinerja pemerintahan turun.

Namun, Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden Edy Priyono mengatakan, kenaikan harga-harga kebutuhan pokok, tidak terlepas dari dampak ketidakpastian global, baik yang dipicu pandemi Covid-19, konflik Rusia-Ukraina, berbagai kebijakan di negara maju, maupun faktor cuaca.

Akibatnya harga berbagai komoditas di pasar global naik, termasuk bahan pangan dan energi yang kemudian memicu kenaikan harga di dalam negeri di banyak negara.

“Jika kondisi ini terus berkelanjutan bisa menyebabkan terjadinya peningkatan inflasi, penurunan daya beli masyarakat dan pertumbuhan ekonomi, serta memberi tekanan fiskal. Mengingat APBN banyak digunakan untuk menyediakan dukungan bantalan sosial bagi masyarakat, khususnya kelompok tidak mampu,” kata Edy dalam keterangan resminya.

Selain itu, pengurangan jumlah uang beredar di negara maju juga bisa menekan pasar keuangan melalui pelemahan rupiah, dan berisiko pada meningkatnya tingkat bunga.

Menurut Edy, di tengah berbagai risiko global yang muncul, perekonomian Indonesia mampu melanjutkan tren perbaikan yang konsisten. Data Badan Pusat Statistik (BPS) pada triwulan I 2022, perekonomian Indonesia tumbuh kuat sebesar 5,01% yoy.

Pertumbuhan ekonomi tersebut ditopang oleh peningkatan permintaan domestik, tetap terjaganya kinerja ekspor, dan bergairahnya aktivitas ekonomi seputar Lebaran yang lalu. Perputaran ekonomi pada Idul Fitri juga ikut berperan dalam mendorong pertumbuhan di Triwulan I.

Edy mencatat, meski terjadi kenaikan harga-harga kebutuhan pokok, namun dari sisi demand, konsumsi rumah tangga justru tumbuh, yakni sebesar 4,34%, atau jauh lebih tinggi dibanding pertumbuhan pada triwulan IV 2021 sebesar 3,55%.

Kuatnya pertumbuhan konsumsi rumah tangga didukung oleh kebijakan pelonggaran mobilitas, seiring dengan pandemi yang terkendali dan berlanjutnya akselerasi vaksinasi.

“Dan yang harus dicatat, juga karena percepatan penyaluran perlindungan sosial untuk memberikan dorongan bagi penguatan daya beli masyarakat,” tegasnya.

Penguatan konsumsi rumah tangga di sisi lain juga turut berkontribusi pada meningkatnya inflasi pada April 2022, sebesar 0,95% atau 3,47%.

Tingginya inflasi tersebut juga bertepatan dengan momen Ramadhan 2022 yang secara siklus memang terjadi peningkatan permintaan.

Edy optimis prospek perekonomian Indonesia ke depan tetap kuat, karena pemerintah terus melakukan akselerasi dan perluasan vaksinasi, pembukaan sektor-sektor ekonomi yang semakin luas, serta memberikan berbagai stimulus berupa bantuan-bantuan sosial kepada masyarakat.

Terkait hal tersebut Pengamat Ekonomi Poltak Hotradero menilai kenaikan harga bahan pokok di Tanah Air dipengaruhi situasi ekonomi global. Kondisi yang sama juga terjadi di negara lain.

Harga bahan pokok yang naik adalah yang bersumber dari impor. Maka jelas hal ini terjadi karena pengaruh situasi ekonomi global.

Dia mengakui operasi pasar masih efektif untuk menekan harga di pasar. Namun, yang jauh lebih penting adalah perbaikan rantai pasok, sehingga barang yang masyarakat butuhkan tetap tersedia di pasar.

“Tidak masalah harga mahal asal barangnya ada, karena konsumen akan menyesuaikan diri, semisal lebih berhemat. Lebih bermasalah kalau barangnya tidak ada,” ujar Poltak.

Dari sisi masyarakat, ada upaya substitusi bahan pokok yang mungkin bisa diperoleh di dalam negeri. Masyarakat juga harus lebih cermat dalam mengatur kebutuhan.

Sementara itu, Koordinator Nasional Koalisi Masyarakat untuk Kedaulatan Pangan (KRKP) Said Abdullah mengungkapkan, sejumlah penyebab harga komoditas pangan itu mengalami kenaikan. Untuk komoditas yang dengan tingkat produksi dalam negeri cukup besar, penyebabnya ada pada kapasitas produksi dan distribusi.

“Di tingkat produksi sebenarnya kita secara umum tidak ada masalah, terutama pangan yang dihasilkan dalam negeri seperti beras dan minyak goreng. produksinya baik baik saja,” katanya.

Untuk komoditas yang cukup bergantung pada impor, seperti daging, gula dan kedelai, ini dipengaruhi oleh pasokan internasional. Sehingga harga di dalam negeri juga dipengaruhi fluktuasi harga dan supply chain global.

▪︎Inflasi
Ekonom Eisha M Rachbini juga menyoroti harga-harga komoditas dan bahan pokok mengalami peningkatan sejak beberapa waktu lalu sehingga memperbesar risiko tekanan inflasi. Bahkan, peningkatan harga tersebut sudah terjadi sejak akhir tahun lalu.

Kepala Center of Digital Economy and SME’s INDEF Eisha M Rachbini menyampaikan, kenaikan harga-harga komoditas dan bahan pokok disebabkan oleh dua hal.

Pertama, bermula dari pandemi Covid-19 yang memberikan dampak negatif terhadap perekonomian, dimana semua aktivitas ekonomi dan sosial terhenti.

Setelah meredanya pandemi Covid-19, permintaan yang berangsur pulih dari konsumen akan komoditas minyak goreng belum disambut memadai oleh sisi suplai.

Harga-harga komoditas dan bahan pokok yang mengalami peningkatan dikhawatirkan dapat mendorong inflasi.

Hal itu terjadi lantaran kecepatan demand tidak dapat diimbangi oleh faktor produksi di industri, karena masih terhambat akibat terhentinya produksi akibat pandemi.

Kedua, terjadi disrupsi supply chain, di mana selama pandemi terjadi layoff shipping firm yang mengganggu distribusi barang di seluruh dunia. Akibatnya, suplai terhambat dan tidak memenuhi permintaan pasar barang dan jasa yang mulai berangsur pulih.

Ditambah lagi, dengan adanya konflik antara Rusia dan Ukraina yang pecah pada Februari lalu dimana langsung mendorong beberapa harga komoditas, salah satunya minyak bumi yang mencapai di atas US$100 per barel.

Demikian pula dengan harga komoditas lain seperti crude palm oil (CPO), batubara dan nikel. Sebagai informasi, Rusia merupakan ekposter dari minyak bumi dan metal manufacturing seperti nikel, batubara serta bahan baku fertilizer.

Kemudian, di sisi bahan pokok, Rusia dan Ukraina merupakan eksportir dari gandum, sehingga perang kedua negara tidak hanya berdampak kepada kenaikan harga-harga komoditas, namun juga pada harga bahan baku makanan.

“Ini yang menjadi risiko kedepan kalau misalnya harga-harga bahan pokok  dan energi itu semakin meningkat dan tidak terkontrol, itu akan mendorong inflasi kita,” ujar Eisha.

Dari sisi konsumen, apabila inflasi tinggi di tengah masa pemulihan saat ini, akan berdampak terhadap daya beli masyarakat. Masyarakat memilih untuk menghemat, yang artinya penghematan tersebut dapat berdampak terhadap konsumsi secara keseluruhan. Kemudian dari sisi dunia usaha, sektor industri dan bisnis, inflasi yang tinggi akan berdampak pada harga bahan baku.

Beban harga produksi pada industri menjadi meningkat. Listrik, LPG, BBM. Cost structure yang meningkat dengan demikian akan menyebabkan harga produk akhir juga meningkat, dan dapat mendorong inflasi.

Dia menambahkan, ketika cost structure naik, appetite untuk berinvestasi kembali akan berkurang, karena modal industri menjadi terbatas. Ketika sisi konsumsi dan investasi, dua komponen pada pembentukan produk domestik bruto (PDB) terganggu, maka akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi.

Eisha menyarankan agar pemerintah perlu memprioritaskan masyarakat berpendapatan rendah, dengan menjaga daya beli masyarakat terutama ketika harga-harga meningkat.

Subsidi berfungsi agar masyarakat tidak jatuh lebih dalam kepada kemiskinan. Meski itu artinya, subsidi pemerintah akan naik dan beban anggaran pemerintah bertambah.

Disaat pandemi yang saat ini  kembali meningkat, harga-harga kebutuhan pokok pun ikutan melonjak, apalagi menjelang  Idul Adha 1443 H, yang biasanya harga tersebut selalu mengalami kenaikan.

Selamat datang Pak Zulhas (panggilan akrab Zulkifli Hasan, Menteri Perdagangan, yang baru).

Buktikan kinerja Bapak agar masyarakat dapat kembali merasakan harga-harga yang normal. ****
Penulis Redaktur HarianPelita.id

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *