
Janji Calon Pejabat || Catatan Nazar Husain
MASIH teringat dibenak saya beberapa puluh tahun yang lalu sebut saja si A memanggil saya ngajak ngopi dan dia bilang bisa bantu saya untuk audensi nggak dengan para petinggi Harian Pelita, kala itu Harian Pelita masih cetak belum ada online dengan nama Harian Umum Pelita.
Di tahun itu Harian Umum Pelita adalah media cetak besar dan sangat berpengaruh selalu masuk TOP TEN. Sangat familiar dikalangan para pejabat dan pengusaha.
Sambil ngobrol santai saya jawab InsyaAllah saya usahakan Pak, nanti saya sounding (bicarakan) dulu dengan sekretaris big bos. Karena tidak semudah membalikkan telapak tangan untuk bertemu dengan para petinggi Harian Umum Pelita, semua ada aturannya dan harus membuat janji terlebih dahulu.
Si calon pejabat itu bilang, oke, saya tunggu kabar baiknya dan tolong bantu saya ya, kalau saya bisa bertemu dengan para petinggi Pelita dan saya menang dalam pemilu saya nggak akan lupa dengan janji saya terhadap masyarakat dan juga para wartawan yang ikut andil dalam pemberitaan dan mempromosikan saya.
Seminggu kemudian janji bertemu di acc dari pihak Pelita, saya antar si calon pejabat datang ke kantor Harian Pelita di Minangkabau Tebet Jakarta Selatan untuk menghadap para petinggi Pelita.
Setelah selesai pertemuan si calon pejabat pun menghampiri saya dan berkata “terima kasih banyak sudah bantu saya untuk pertemuan ini” doakan saya menang dan terus dukung saya pokoknya nanti saya tidak akan lupa sama Anda (maksudnya saya).
Selesai bincang-bincang si calon pejabat pun pamitan pulang dan saya lanjut masuk ruangan untuk melanjutkan pekerjaan saya update berita.
Singkat cerita eforia pemilu berlangsung dan dia masih terus menghubungi saya dan minta dukungan dan akhirnya dia pun menang dalam pencalonan wali kota untuk sebuah daerah.
Tibalah saatnya di lantik, beberapa hari setelah dilantik lalu sertijab banyak wartawan meliput, steak holder dan para tamu undangan.
Setelah selesai sertijab si pejabat yang menang inipun memberikan keterangan pers dihadapan puluhan wartawan. Selesai acara semua hadirin dan wartawan memberikan ucapan selamat sambil jabat tangan tentunya.
Tibalah saatnya saya untuk bersalaman dan memberikan ucapan selamat. tapi, apa yang terjadi? dia berkata “ini siapa ya?” Deg! hati saya terasa ditonjok dan inilah yang dinamakan “SAKIT TAPI TIDAK BERDARAH”
Semenjak itu saya tidak pernah lagi percaya sama mereka yang bermulut manis ngemis minta tolong. Dan saya pun tidak lagi ke tempat pejabat itu apa lagi untuk meliput kegiatannya.
Lima tahun berlalu berakhirlah masa jabatannya dan lagi lagi dia mencari dukungan. Rupanya dia ingat dengan Harian Pelita dan mulai mencari saya kembali tapi saya kapok.
Jangankan untuk mendukung bertemu saja saya sudah enggan.
Memang tidak semua calon pejabat seperti itu masih banyak yang loyal terhadap wartawan dan memenuhi janji-janjinya kepada masyarakat.
Tidak semua begitu tapi begitulah. *