
Sempurna Benarkah || Oleh Joni Matondang
DISETIAP kita pasti memiliki kelebihan dan kekurangan. Baik-buruk dan sederet istilah lainya. Tetapi kalau kita dikaruniai wawasan luas dan kecerdasan dalam ber-argumen, maka pakailah itu untuk menaklukkan orang sombong dan suka serampangan dalam menyalahkan orang lain. Itu idealnya.
Tapi, yang lebih penting, pakailah karunia-Nya itu untuk menaklukkan dirimu sendiri. Karena dirimulah sesungguhnya musuhmu yang paling menakutkan sekaligus membahayakanmu namun kebanyakan dari kita tidak menyadarinya.
Di sore hari yang cerah, saya pernah bertanya kepada seseorang :
“Bagaimana caranya agar kita mendapatkan sesuatu yang paling sempurna dalam hidup “?.
Seseorang itu mengatakan: “Berjalanlah lurus ditaman bunga, petiklah bunga yang paling indah menurutmu dan jangan pernah kembali ke belakang ”!.
Saya menjalankan apa yang di ucapkan seseorang itu. Setelah berjalan dan sampai diujung taman, Saya kembali dengan tangan hampa, lalu seseorang itu bertanya : “Mengapa kamu tidak mendapatkan bunga satu pun ?”.
Saya menjawab : “Sebenarnya tadi aku sudah menemukanya, tapi aku tidak memetiknya, karena aku pikir mungkin di depan pasti ada yang lebih indah.”
Namun ketika aku sudah sampai di ujung, aku baru sadar, bahwa yang aku lihat tadi adalah yang terindah dan aku pun tak bisa kembali ke belakang lagi !
Sambil tersenyum seseorang berkata : “Ya, itulah hidup. Semakin kita mencari kesempurnaan , semakin pula kita tak akan pernah mendapatkanya.”
Karena sejatinya kesempurnaan yang hakiki tidak pernah ada, yang ada hanyalah keikhlasan hati kita untuk menerima setiap bentuk kekurangan.
Bila memang tak bisa memberi, jangan mengambil.
Bila mengasihi terlalu sulit, jangan membenci.
Bila tak mampu menghibur orang, jangan membuatnya sedih.
Bila tak mungkin meringankan beban orang lain, jangan mempersulit/memberatkanya.
Bila tak sanggup memuji, jangan menghujat.
Bila tak bisa menghargai, jangan menghina
Jangan mencari kesempurnaan, tapi sempurnakanlah apa yang telah ada pada diri kita.
Barang siapa yang tidak mampu menjadi penasehat bagi dirinya sendiri, maka tidak akan bermanfaat baginya berbagai nasihat dari orang lain. ●Penulis Wartawan