2024-12-22 9:07

Film “Lafran” Tayang Perdana di MaxStream dan My Telkomsel Bertepatan Hari Pahlawan

Share

HARIAN PELITA — Memaknai hari pahlawan nasional, Maxstream bangga menghadirkan penayangan spesial “Film Lafran”, mulai 10 November 2024.

Film berkisah tentang Lafran, pahlawan nasional dan pendiri Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), organisasi kemahasiswaan Islam terbesar dan tertua di Indonesia.

“Banyak genrasi muda di daerah-daerah sudah menantikan kembali tayangan film Lafran ini. Terima kasih Maxstream yang menayangkan kembali film inspiratif dan sangat menghibur,” ungkap Ahmad Doli Kurnia, sekaligus Produser Eksekutif Film Lafran.

Film Lafran bertutur tentang perjuangan
Film Lafran bertutur tentang perjuangan pada awal kemerdekaan. Masa itu diwarnai menguatnya perdebatan tentang keislaman dan nasionalisme.

Bagi Lafran selama memperjuangkan semangat keindonesiaan. Organisasi mahasiswa (Islam) bisa menjadi wadah perjuangan bagi tegaknya bangsa dan umat.

Bagi Maxstream, tema kepahlawan dalam film nasional harus didukung untuk memberikan motivasi dan semangat kebangsaan terus menerus. Maxstrem berharap film Lafran menjadi inspirasi dalam memperjuangkan sesuatu dengan cara tidak instan. Semangat ini yang harus bisa sampai kepada penonton Film Lafran.

Selebihnya Maxstream ingin tayangan Lafran bisa disaksikan ribuan bahkan jutaan penonton yang belum menikmati filmnya di layar bioskop.

Selain Film Lafran, Maxstream dan My Telkomsel juga menghadirkan tiga film baru produksi dari Radepa Studio lainnya, yaitu Film Sepeda Presiden, Kartu Pos Wini dan Jendela Seribu Sungai.

Bersama Film Lafran, tiga film tersebut menjadi tayangan film inspiratif, memotivasi dan menghibur bagi keluarga Indonesia.

Selamat menikmati dan menantikan jadwal penayangan film-film Indonesia terbaik di Maxstream dan My Telkomsel.

Sinopsis
Sinopsis Film Lafran,
Lafran, telah ditinggal dua perempuan tercinta. Ibunya meninggal saat Lafran berusia 2 tahun, selang beberapa tahun kemudian neneknya, meninggal.

Kehilangan ‘dua ibu’ baginya, adalah seperti kehilangan semangat hidup. Ayahnya, Sutan Pangurabaan–tokoh pergerakan Muhammadiyah di Sumatera Utara–sering berpergian hingga Lafran harus tinggal bersama kakak dan keluarganya.

Di usia muda itulah, Lafran jadi pemberontak terhadap kondisi ketidakadian. Lafran bahkan sempat jadi petinju jalanan di Kawasan Senen, Jakarta.

Kakaknya-lah, Sanusi dan Armijn Pane mendorong Lafran agar energi pemberontakkannya diubah dalam bentuk karya. Perjalanan Lafran dari Tapanuli Selatan ke Jakarta hingga Yogyakarta mewarnai perubahan cara pandang Lafran dalam berjuang.

Idealismenya menguat. Lafran Pane punya visi besar dalam memperjuangkan keindonesiaan.
Saat pendudukan Jepang, Lafran sempat ditahan karena membela para peternak sapi.

Dia dibebaskan, setelah ayahnya menebus dengan menyerahkan bus Sibual-buali kepada tentara Jepang. Sejak itu, Lafran begitu antusias terlibat dalam berbagai arus gerakan kemerdekaan Bersama para pemuda yang mendorong Bung Karno dan Bung Hatta memproklamasikan kemerdekaan RI.

Semasa kuliah di Yogyakarta, Lafran gundah oleh keberadaan kaum muslim terpelajar yang terlalu larut dalam pemikiran sekular. Mereka sering melupakan ibadah utama.

Maka muncullah gagasan mendirikan HMI, yang berjuang dalam bingkai keislaman, independen dan keindonesiaan.
Awalnya tidak ada yang mudah, dalam arus politik aliran yang sangat kencang saat itu, keberadaan HMI justru ditentang oleh organisasi massa Islam yang sudah ada.

Dari semua pertentangan dan gesekan yang dihadapi, Lafran berketepatan hati menegakkan HMI.

Pemain:
Dimas Anggara (Lafran Pane)
Ariyo Wahab (Sanusi Pane)
Lala Karmaela (Dewi)
Mathias Muchus (Sutan Pangurabaan)
Farandika (Lafran muda)
Ratna Riantiarno (Nenek Lafran)
Alfie Alfandi
Nabil Lunggana (Lafran Kecil).

▪︎Sutradara: Faozan Rizal
▪︎Screenplay
Oka Aurora
Jujur Prananto
▪︎Executive Producer
Dr Ir Akbar Tandjung
Dr Arief Rosyid Hasan. ●Redaksi/Satria

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *