Selamat Jalan MY Gunawan Wartawan HarianPelita.id yang Idealis
HARIAN PELITA — Selamat jalan sahabatku Mas Yusuf Gunawan. Gunawan atau akrab disapa Mas Gun terakhir kali saya bertemu beliau di Padepokan Antasari, Jakarta Selatan.
Semasa hidupnya dimata saya Gunawan merupakan salah seorang konseptor. Pemimpin Redaksi diberbagai media.
Dia sering diminta sebagai moderator dałam acara diskusi publik. Yang pasti sosok Mas Gun selalu merendah dan kalem.
Berbicara seadanya dan selebihnya dia memilih diam. Saya cukup lama berjalan bersama beliau dałam kegiatan apapun. Gunawan menurut saya salah satu wartawan jauh dari kemewahan.
Minggu ini, 25 Februari 2024 sekitar pukul 21.00 Wib saya kaget mendengar kabar bahwa MY Gunawan wafat. Tak puas mendengar kabar “innalillahi wa innailaihirojiun” lalu bergegas saya kontak nomor pribadi beliau.
Ternyata benar, Gunawan telah meninggal dunia informasi ini saya dapat dari putra sulung almarhum MY Gunawan yaitu Luhur.
“Iya benar Om, ayah (Gunawan) meninggal tadi jam 19.07 Wib,” jelas Luhur putra MY Gunawan, Minggu (25/2/2024).
Kemudian, tak kuasa saya mendengar kabar duka tersebut lalu saya persingkat percakapan melalui ponsel.
Dałam percakapan singkat saya peroleh informasi bahwa almarhum MY Gunawan akan dikebumikan Senin siang. Lokasi pemakaman tak jauh dari kediaman keluarga beliau di sekitar Jalan Pesantren, Desa Pasir Gunung Selatan, Depok, Jawa Barat.
Gunawan memiliki hubungan dan jaringan yang cukup luas. Dia tak tergoda oleh jabatan di pemerintahan.
Rekan-rekannya banyak yang nongkrong di kursi pemerintahan, parlemen dan lain sebagainya. Lalu, rekannya banyak juga yang masih konsen didunia aktivis, akademisi dan pegiat sosial lainnya.
Yang saya ingat dari beliau adalah wartawan jangan banyak bicara apapun yang didengar harus ditulis.
Beliau sangat kritis dalam penulisan berita. Gunawan pun sering memperhatikan tulisan-tulisan saya terutama tentang temuan-temuan dan peristiwa yang saya peroleh di lapangan.
Saya juga sering liputan bersama dengan beliau. Saya kenal Gunawan tidak pernah merokok. Namun, dia sering mengamati saya ketika saya sibuk menulis berita.
Dia sering saya tawarkan rokok namun ditolak olehnya. Tapi, Gunawan pun pernah mencicipi rokok saya hanya sekedar ingin tahu nikmat rokok katanya.
Banyak lagi, kalau saya ceritakan tentang pengalaman saya berjalan bersamanya berjuang mewujudkan impian tentang media massa.
Tidak hanya itu, dia juga peka terhadap isu-isu sosial, politik, ekonomi dan seisi negara ini. Bahkan, dia tak pernah ngeluh menghadapi kehidupan. Beberapa tahun lalu, Gunawan pernah bercerita tentang pulih dari sakit stroke pada saya.
Seingat saya, Gunawan berkali-kali mendirikan kantor berita. Semangat tentang dunia pers tak pernah ada istirahatnya.
Saya juga pernah diminta oleh Gunawan untuk membantu menyelenggarakan pelatihan jurnalistik di sekolah-sekolah. Kini Gunawan istirahat untuk selamanya. •Redaksi/Didi Wijayanto