Terawan yang Menawan || Catatan Nazar Husain
KETIKA berita tersiar bila dr Terawan Agus Putranto dipecat Ikatan Dokter Indonesia (IDI), saya membayangkan wajah yang murah senyum itu pasti menganggap permasalahan yang menimpa dirinya, bukan kiamat baginya.
Saya justru melihatnya atau menerawan tepatnya; sebuah pergulatan kedengkian atau bisa juga disebut kebencian. Kebencian, bila ditilik lebih jauh lagi, sosok Pak Terawan banyak menerobos ilmu kedokteran sesuai citacitanya yang ingin berbuat kebaikan.
Lahir 5 Agustus 1964 dari sebuah desa kecil di Panggonan Kutha Ngayogyakarta, Terawan kecil pasti memiliki cita-cita besar saat itu.
Lulusan Universitas Gadjah Mada, Universitas Hasanuddin, Universitas Airlangga, Liyane.
Terawan menurut saya sosok yang sangat menawan karena di jalur kehidupannya selalu ingin berbuat baik, membantu orang-orang dirundung kesulitan penyakit.
Dalam perjalanan hidupnya, Terawan pernah menduduki jabatan tertinggi negara yakni Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Hingga akhirnya dia mencoba mencari kehidupan barunya; sebagai pengobat yang sangat dinamis dan kreatif.
“Sampai hari ini saya masih sangat bangga dan merasa terhormat berhimpun di sana (IDI),” kata dr Terawan, Senin (28/3/2022).
Artinya dr Terawan masih mencintai organisasi IDI yang telah mendepaknya, tanpa kompromi.
Bahkan dr Terawan itu tidak korupsi, tapi dipecat oleh organisasi profesinya.
Dipecat karena kreatifitas dan terobosannya dalam dunia medis. Padahal mestinya negeri ini mengapresiasi dan memfasilitasi kreatifitas dan kelebihan dokter.
Buntut pemecatan Terawan itu, IDI menghadapi urusan panjang.
Komisi IX DPR RI yang membidangi kesehatan, ramai-ramai membela Terawan. Anggota dewan pun mengusulkan agar IDI dipanggil ke Senayan.
Bukan orang elit negara saja yang membelanya, tapi masyarakat luas pun ikut membela dengan mengutarakan melalui media sosial mau pum di media online.
Menurut saya; IDI sebagai organisasi profesi medis seharusnya menjaga “marwah” sosok yang bernama dr Terawan. IDI wajib memeliharanya sebagai sosok sejarah manusia pengabdi bangsa dan negara.
Harusnya IDI mampu memperjuangkan hal-hal sepele seperti ini. Jangan dibiarkan dokter-dokter muda yang ingin mengabdi pada negara malah dibiarkan menganggur. Begitu bentuk protes masyarakat yang saya catat.
Pertanyaannya apakah pemecatan dr Terawan lalu pemerintah membiarkannya “dilukai” oleh organisasi yang sangat dicintainya? Apakah ini namanya pembunuhan karakter; sehingga dr Terawan tak berdaya.
Memang bagi saya dr Terawan adalah manusia yang sangat menawan. Itu saja. ******